SATYAM EVA JAYATE

MOTO

DHARMA MENYELIMUTI SELURUH PARTIKEL ATOM ALAM SEMESTA

Rabu, 11 Desember 2013

NAWA WIDA BHAKTI _ Sewaka Dharma Archanam (Part 6)



NAWA WIDA BHAKTI
Sewaka Dharma  Archanam
(Pelayanan Cinta Kasih Sayang yang Tulus
dengan Cara Memberikan Penghargaan dan
Pengakuan Sebagai Sebuah Penegasan dan Penguatan)*



Oleh
I NENGAH SUMENDRA, S.Ag. M.Fil. H )**

Bentuk tertinggi Bhakti adalah Cinta Kasih Sayang Kesucian yang dilandasi oleh rasa sujud hormat yang tulus ikhlas dengan tidak menginginkan untuk pemenuhan keinginan apapun dan tanpa bersyarat (tanpa pamrih). Bhakti adalah cinta kasih sayang Ilahi yang di dalamnya diterangi oleh pengetahuan penuh (Jynana) dari Tuhan. Jynana dan Bhakti adalah dua aspek dari jalan-jalan untuk realisasi jiwa dan tertinggi. Baik Jynana dan Bhakti keduanya dikorelasikan, hal ini karenakan tidak ada yang namanya pengabdian tanpa penegasan dan atau penguatan serta pengetahuan yang memadai tentang obyek pengabdian maupun mengejar pengetahuan bisa berada di sana (untuk realisasi jiwa dan tertinggi) tanpa dorongan cinta kasih sayang (prema) untuk Tuhan. Banyak mantra-mantra dalam kitab suci Veda sebagai monumen sastra tertua di dunia adalah sebagai sumber asal atau akar Bhakti. Banyak juga ditemukan pengabdian terhadap Tuhan dalam Upanisad. Bhakti merupakan pengembangan langsung dari upasana atau meditation.
Pada kesempatan ini diuraikan tahap atau bentuk Bhakti Archanam. Bhakti Archanam adalah proses ekspresi spiritual yang merupakan wujud sraddha-bhakti yang dimiliki oleh para bhakta kepada yang dipujanya (Tuhan). Dengan demikian pada ranah spiritual, Bhakti Archanam ini adalah sadhana para bhakta atau cara ibadah atau cara pemujaan yang dilakukan oleh para bhakta dalam melakukan pujaan dan pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala manifestasinya (Dewa) dengan cara Archanam (Jalan pelayanan dan atau pengabdian cinta kasih sayang yang tulus dan suci dari para bhakta yang di dalamnya diterangi oleh pengetahuan (Jynana) dari Tuhan dengan cara penegasan dan penguatan melalui sarana dan prasarana matrial yang disakralkan (nyasa) untuk realisasi jiwa dalam melakukan pemujaan dan penyatuan dengan Tuhan. Berkaitan dengan Bhakti Archanam ini orang di seluruh dunia khususnya umat Hindu memiliki sebuah altar sebagai tempat yang disucikan dimana mereka menempatkan simbol-simbol suci (nyasa). Sarana dan prasarana yang difungsikan sebagai media sakral untuk menghubungkan diri secara harmonis atau melakukan pemujaan kepada Tuhan. Yang dibutuhkan untuk mewujudkan Bhakti Archanam ini adalah Nyasa seperti; patung Dewa (Pratima), gambar Dewa, kitab suci atau ada dapat juga menawarkan jenis sadhana atau ibadah yang lain sesuai dengan keinginkan, kemampuan dan atau keseimbangan bhatin (atmanastusti) dari para bhakta. Kemudian pada altar menghaturkan rasa sujud hormat menyembah kepada Tuhan. Sarana prasana pemujaan yang dihaturkan oleh para bhakta untuk mewujudkan rasa sraddha dan bhaktinya kepada Tuhan (Lord) melalui Bhakti Archanam ini yaitu seperti: pencahayaan lilin, dupa dan menawarkan bunga, buah-buahan dan makanan (Canang dan Banten) yang disertai mantra seperti Tri Sandhya, Kramaning Sembah yang sederhana seperti; ‘Om Jay Sarasvati Devi', ‘Om Jai Sri Ram' atau 'Sitaram' atau 'Om Namah Shivaya' atau dengan mengambil nama Tuhan yang disukai oleh para bhakta.  Proses dari awal sampai akhir dari itu semua merupakan bagian dari ritual Bhakti Archanam. Pada ranah spiritual (strukur spiritual) Sewaka Dharma Archanam mengandung makna dan pesan bagi para bhakta guna membangun kesadaran untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhan-nya. Pada ranah spiritual Bhakti Archanam mengajarkan tentang aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan acara keagamaan sebagai pendoman bagi seorang bhakta dalam ber-sadhana untuk mewujudkan religiustas dan atau sraddha-bhakti-nya kepada Tuhan dalam kesadaran kontemplasi dan repleksi diri guna memperoleh kesempurnaan dan atau maju dalam kehidupan rohani menuju pendakian rohani (Atma Lingga) dengan menggunakan Archanam sebagai penegasan dan penguatan sraddha-bhakti.

Selanjutnya pada struktur bagian bawah (strukur sosial) ajaran Sewaka Dharma Archanam ini dapat dimaknai sebagai ajaran untuk membangun kesadaran sosial antara manusia dengan sesama dan lingkungan hidupnya melalui pelayanan sosial yang tulus ikhlas dengan cara memberikan penghargaan dan atau pengakuan yang lebih berwujud (nyata secara matrial) sebagai sebuah penegasan atau penguatan.  Hal ini semestinya dilakukan oleh setiap orang sebagai wujud kesadaran akan pentingnya memberikan penghargaan terhadap setiap profesi seseorang.






Mengamalkan ajaran Sewaka Dharma Archanam pada kontek sosial atau kehidupan nyata dapat dilakukan dengan jalan menumbuhkan kesadaran untuk saling melakukan dharma dan swadharma Archanam antara satu sama yang lainnya seperti; kesadaran untuk melakukan pelayanan dharma dan swadharma Archanam antara masing-masing Tri guru (guru Rupaka, guru Pengajian, guru Wisesa), Dharma dan swadharma Archanam Catur Asrama (Brahmacari, Grhastha, Wanaprastha dan Bhiksuka/Sanyasin), Dharma dan swadharma Catur Varna (Sudra, Wesya, Ksatria dan Brahmana), dsb, yang dilandasi oleh prinsip-prinsip dasar dharma dan swadharma serta etika sosial sesuai dengan perintah dan pesan dari ajaran Agama Hindu yang terakomodir ke dalam aspek atau tiga sudut pandang yang disebut dengan Tri Kona, yaitu diantaranya; Tri Kerangka Dasar Agama Hindu, Tri Hita Karana, Tri Kaya Parisudha, Tri Parartha, dsb. Kesemuanya itu arah geraknya diupayakan dapat berjalan sewirama, sewiraga dan sewirasa, serasi, selaras dan seimbang serta dapat berjalan secara harmonis dan dinamis.
Kesadaran dharma dan swadharma Archanam pada kontek sosial seperti yang dimaksud tentu akan dapat melatih dan membentuk karakter individu manusia yang memiliki kesadaran Sewaka Dharma Archanam pada kontek kehidupan sosial. Berikut uraian tentang Sewaka Dharma Archanam pada kontek kehidupan sosial yang dikaitkan dengan beberapa ajaran Agama Hindu, diantaranya sebagai berikut.
Kesadaran Sewaka Dharma Archanam pada kontek sosial dalam ajaran Catur Guru. Kesadaran dharma dan swadharma Archanam dari masing-masing Tri guru (guru Rupaka, guru Pengajian, guru Wisesa) terhadap profesi masing-masing. Pada kontek ini, apabila ketiga guru diantaranya: guru Rupaka,  guru Pengajian dan guru Wisesa dalam kehidupan sosialnya membangun kesadaran untuk melakukan pelayanan sosial melalui pemberian penghargaan dan penguatan terhadap profesi dan prestasi kerja, dll. Misalnya seperti : guru Wisesa yang memberikan penegasan dan penguatan dengan memberikan penghargaan dan pengakuan terhadap warga masyarakatnya yang berprestasi serta patuh dan taat terhadap perundang-undangan yang berlaku. Demikian juga sebaliknya warga masyarakat untuk membangun kesadaran Sewaka Dharma Archanam kepada guru Wisesa (pemerintah) yang telah menjalankan roda pemerintahan secara baik, mensejahterakan warga masyarakatnya, melindungi hak hidup warga masyarakatnya, melindungi dan memberikan rasa nyaman dan damai terhadap warga masyarakatnya, dan sebagainya yang berhubungan dengan segala aspek dalam pemerintahan. Demikian pula contoh yang lain seperti, kesadaran untuk memberikan penegasan dan penguatan dengan cara memberikan pengakuan dan pengahargaan antara guru Rupaka dengan anak-anaknya terhadap prestasi atau keberhasilan yang diraihnya. Hal yang sama juga harus ditumbuh kembangkan kesadaran Sewaka Dharma Archanam yang diberikan kepada guru Pengajian oleh guru Rupaka dan guru Wisesa terhadap pengabdian dan prestasi yang dilakukan oleh seorang guru Pengajian dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab membina, mendidik dan mencerdaskan anak-anak bangsa. Sebaga contoh yang lainnya bagaimana sistem Pemerintahan Hindu dimasa lalu yang menerapkan Sewaka Dharma Archanam ini, Manajemen Hindu dalam Arthasastra yang disusun oleh Kutilya berdasarkan pengalamannya sebagai Menteri dalam Arthasastra ditinjau dari sisi rancangan pengendalian  dan penerapannya telah sesuai dengan sisem pengendalian internal yang diterapkan oleh pemerintahan negara modern sekarang ini. Manajemen kerajaan telah dilengkapi dengan struktur organisasi, dan struktur organisasi telah dilengkapi pula dengan uraian tugas yang jelas untuk semua pejabatnya.Dengan demikian tugas dan tanggung dari semua pejabat tinggi sampai dengan yang rendah menjadi sangat jelas. Hak dan kewajiban bagi seluruh warga masyarakat sesuai dengan profesi kerjanya juga sangat jelas. Pemerintahan Hindu pada zaman tersebut juga sangat menaruh perhatian dan memberikan penghargaan sebagai penguatan dan penegasan kepada kualitas sumber daya manusia (SDM), dari segi penguasaan ilmu dan teknologi, serta penghargaan terhadap seseorang apabila yang bersangkutan  terampil dan disiplin dalam menjalankan tugas.
Selanjutnya kesadaran Sewaka Dharma Archanam pada kontek sosial dalam ajaran Catur Asrama. Kesadaran dharma dan swadharma Archanam dari masing-masing Catur Asrama (Brahmacari, Grhastha, Wanaprastha dan Bhiksuka/Sanyasin). Fenomena dewasa ini telah terjadi kekacauan tentang dharma dan swadharma sosial serta etika sosial dari masing-masing individu manusia pada tingkatan asrama-nya. Ajaran Catur Asrama sesungguhnya memberikan pedoman kepada individu manusia agar dapat hidup secara taratur sesuai dengan tingkatan asrama-nya. Dimana pada tiap-tiap tingkatan asrama memiliki dharma dan swadharma serta etika sosial sesuai dengan aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan acara keagamaan yang tersurat dan tersirat dalam kitab suci yang harus dipatuhi dan ditaati oleh setiap individu manusia sesuai dengan tingkatan asrama yang dijalaninya. Oleh karenanya, kesadaran dharma dan swadharma Archanam dalam kontek sosial sangat dibutuhkan dewasa ini. Setiap individu manusia pada tingkatan asrama-nya harus saling menghormati dengan memberikan penghargaan terhadap tingkatan asrama itu.
Kemudian kesadaran Sewaka Dharma Archanam pada kontek sosial dalam ajaran Catur Varna. Kesadaran dharma dan swadharma Archanam Catur Varna (Sudra, Wesya, Ksatria dan Brahmana). Setiap orang hendaknya memberikan penghargaan terhadap profesi yang cocok untuk dirinya masing-masing serta orang lain. Seperti halnya Purusa Sukta Rg Veda yang menyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa yang menyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa (Mahapurusa) yang menciptakan anatomi masyarakat profesi yang di kenal dengan Catur Varna. Kitab-kitab Purana seperti Visnu dan Agni Purana menjelaskan hal yang sama, yakni Brahma menciptakan empat profesi; Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra, dan menyerahkan tugas dan  kewajiban serta prosedur hukum kepadanya. Lebih jauh kepada empat macam profesi ini diberi pedoman hidup yang umum, yaitu: Ahimsa (tidak menyiksa/membunuh), Satyavada (berbicara benar/jujur), Bhutadaya (mencintai semua makhluk hidup), Tirthaseva (mengunjungi tempat-tempat suci), Dana (memberi bantuan dana), Brahmacarya (mengendalikan diri/mengendalikan dorongan seksual), Vimatsaratva (tidak melakukan perbuatan jahat), Sevakadeva (berbhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dan para devata), Sevakapandita (menghormati para Pandhita/Brahmana), Sevakacarya (menghormati para guru), melaksanakan svadharma, Pitrpuja (melakukan pemujaan kepada para leluhur), Loyal kepada pemerintah yang baik, mengikuti ajaran agama (sastra), tidak melakukan kejahatan, Titiksa (memiliki kesabaran dalam menghadapi kesenangan dan kesusahan, panas dan dingin), percaya dan berbhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pedoman hidup ini adalah pedoman yang umum untuk semua profesi. Begitu mulia dharma dan swadharma dari masing profesi menurut ajaran Catur Varna ini, maka seharusnya dalam kehidupan sosial sepatutnya setiap orang memberikan penghargaan terhadap profesi apapun yang dipilih oleh seorang dalam hidupnya Sloka-sloka berikut ini dijelaskan fungsi serta tugas masing-masing varna atau profesi itu;
"Rucam no dhehi brahmananesu, Rucam rajasu nas krdhi,          
Rucam visyesu sudresu,Mayi dhehi ruca rucam" (Yayurveda, XVIII.48)
"Ya Tuhan Yang Maha Esa, bersedialah memberikan kemuliaan pada para brahmana, para ksatrya, para vaisya, dan para sudra. Semoga Engkau melimpahkan kecemerlangan yang tidak habis-habisnya kepada kami".

"Brahmane brahmanam, ksatraya rajanyam,
marudbhyo vaisyam, tapase sudram" (Yayurveda, XXX.5)
"Ya, Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan brahmana untuk pengetahuan, para ksatriya untuk perlindungan, para vaisya untuk perdagangan dan para sudra untuk pekerjaan jasmaniah"

"Brahmano-asya mukham asid, Bahu rajanyah krtah,
Uru tadasya yad vaisyah, Padbhyam sudro ajayata"  (Yayurveda, XXX.11)
"Brahmana adalah mulut-Nya Tuhan Yang Maha Esa, Ksatriya lengan-lengan-Nya, Vaisya paha-Nya dan Sudra kaki-kaki-Nya".

Berdasarkan uraian sloka di atas, dapat di ketahui bahwa setiap profesi (varna) itu mulia, tugas-tugas profesional, dan dijelaskan bahwa profesi yang empat itu adalah bagian-bagian (berasal) dari Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Suci. Pengertian varna menurut pembawaan dan fungsinya di bagi menjadi empat berdasarkan kewajiban. Orang dapat mengabdi sebesar mungkin menurut pembawaannya. Dengan demikian seseorang akan dapat melaksanakan tugasnya dengan rasa cinta kasih sayang dan keikhlasan sesuai dengan dharma dan swadharma-nya masing-masing. Dengan demikian pula maka ajaran Catur Varna sesungguhnya memberikan pedoman kepada individu manusia agar dapat hidup secara taratur sesuai dengan Varna Dharma-nya. Dimana pada tiap-tiap Varna memiliki dharma dan swadharma serta etika sosial sesuai dengan aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan acara keagamaan yang tersurat dan tersirat dalam kitab suci yang harus dipatuhi dan ditaati oleh setiap individu manusia sesuai dengan Varna Dharma-nya. Oleh karenanya, kesadaran dharma dan swadharma sosial untuk melakukan Sewaka Dharma Archanam terhadap setiap Varna Dharma sangat dibutuhkan dewasa ini, sehingga dengan memberikan penguatan dan penegasan memalui pemberian penghargaan terhadap prestasi yang diraih oleh setiap varna tersebut akan dapat meminimalisir terjadinya diskriminasi atau kesewenang-wenangan terhadap profesi  seseorang. Dan Kesadaran Sewaka Dharma Archanam pada kontek sosial yang lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikethaui bahwa factor penting dalam kehidupan sosial adalah komunikasi social, pelayanan sosial dan atau penghargaan sosial. Karena itu, setiap orang hendaknya dalam berinteraksi satu sama yang liannya memberikan penegasan dan penguatan dengan cara memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap Asrama dan Varna Dharma setiap orang. Hal ini banyak mengandung nilai keteladanan, motivasi, dan inspirasi yang dapat menumbuhkan dan membangun semangat dalam berkarya dan berprestasi bagi setiap orang sesuai dengan Varna dan Asrama Dharmanya masing-masing apabila telah tumbuh kesadaran untuk melakukan Sewaka Dharma Archanam.
Oleh karena itu, peningkatan kualitas setiap Varna dan Asrma Dharma adalah salah satu kunci guna menumbuhkan kesadaran seseorang untuk memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pilihan jalan hidup dan profesi setiap orang. Adanya penghargaan dan sanksi bagi masyarakat adalah salah satu penunjang pengembangan dan kesadaran Sewaka Dharma Archanam terhadap Varna dan Asrama Dharma setiap orang.Tanpa daya keinginan dalam diri setiap orang, maka apapun Varna dan Asrama Dharma yang dilakukan setiap orang tidak banyak artinya dan tidak mendapat penghargaan serta pengakuan baik oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain.  
Maka sepatutnya Sewaka Dharma Archanam pada struktur spiritual dimaknai sebagai upaya untuk membangun kesadaran untuk menjalin hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan-nya dengan mempersembahkan ritual dalam wujud Archanam dalam kontek spritual. Dan dengan melakukan sadhana pelayanan cinta kasih sayang yang tulus dengan cara memberikan penghargaan atau tanda jasa sebagai penguatan dan penegasan serta pengakuan terhadap seseorang karena prestasi dan kemuliaannya dalam kontek sosial. Sadhana pelayanan cinta kasih sayang yang tulus dengan cara memberikan penghormatan, penghargaan dan atau pengakuan terhadap seseorang sesungguhnya merupakan yajna. Sedangkan pada struktur sosial untuk peningkatan kualitas kehidupan sosial yang memiliki kesadaran Sewaka Dharma Archanam di dalam kehidupan sosial antara satu sama yang lainnya adalah dengan membangun rasa persaudaraan, kekeluargaan, persahabatan, kemanusiaan, kebersamaan dan persatuan, sosial kemasyarakatan, di dalam organ-organ tubuh sosio yang saling menghormati, menghargai dan melengkapi satu sama yang lainnya sehinga tercipta kehidupan sosial yang harmonis, sejahtera, bahagia, damai dan sentosa. Dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan acara keagamaan yang diyakini.

)* Nawa Wida Bhakti Sewaka Dharma  Archanam“ adalah Judul Artikel yang telah terbit di Majalah
    Craddha Edisi-53.
)**I Nengah Sumendra,S.Ag, M.Fil.H adalah Guru Agama Hindu SMK Negeri 1 Unaaha, Kab. Konawe. Prov.
    Sulawesi Tenggara. Ketua Pasraman Dharma Aksara. Aktiv sebagai Dharma Duta PHDI Prov. Sultra dari
    2007-sekarang dan Sekretaris PHDI Kab. Konawe masa bakti 2010-2015.







1 komentar:

Tumbuh dalam MendraJyothi

Tumbuh dalam MendraJyothi
Tumbuh dan Berkembang secara Alami dalam azas Badani dan Rohani adalah fenomena Alam yang patut diteladani