NAWA WIDA BHAKTI
Sewaka
Dharma Archanam
(Pelayanan Cinta Kasih Sayang yang Tulus
dengan Cara Memberikan Penghargaan dan
Pengakuan Sebagai Sebuah Penegasan dan Penguatan)*
Oleh
I NENGAH SUMENDRA, S.Ag.
M.Fil. H )**
Bentuk tertinggi Bhakti adalah Cinta Kasih Sayang Kesucian yang dilandasi oleh
rasa sujud hormat yang tulus ikhlas dengan tidak menginginkan untuk
pemenuhan keinginan apapun dan tanpa bersyarat (tanpa pamrih). Bhakti adalah cinta kasih sayang Ilahi yang di dalamnya diterangi
oleh pengetahuan penuh (Jynana) dari Tuhan. Jynana dan Bhakti
adalah dua aspek dari jalan-jalan untuk realisasi jiwa
dan tertinggi. Baik Jynana dan Bhakti keduanya dikorelasikan, hal ini karenakan tidak ada yang namanya pengabdian tanpa penegasan dan
atau penguatan serta pengetahuan yang memadai tentang obyek pengabdian maupun
mengejar pengetahuan bisa berada di sana (untuk realisasi jiwa dan tertinggi) tanpa dorongan cinta kasih sayang (prema) untuk Tuhan. Banyak mantra-mantra dalam kitab suci Veda sebagai monumen
sastra tertua di dunia adalah sebagai sumber asal atau akar Bhakti. Banyak juga ditemukan pengabdian terhadap
Tuhan dalam Upanisad. Bhakti merupakan
pengembangan langsung dari upasana atau
meditation.
Pada kesempatan ini diuraikan tahap atau bentuk Bhakti Archanam. Bhakti Archanam adalah proses
ekspresi spiritual yang merupakan wujud sraddha-bhakti yang dimiliki oleh para bhakta
kepada yang dipujanya (Tuhan). Dengan demikian pada
ranah spiritual, Bhakti Archanam ini adalah sadhana para bhakta atau cara ibadah
atau cara pemujaan yang dilakukan oleh para bhakta
dalam melakukan pujaan dan pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala
manifestasinya (Dewa) dengan cara Archanam
(Jalan pelayanan dan atau pengabdian cinta kasih sayang yang tulus dan suci dari
para bhakta yang di dalamnya diterangi
oleh pengetahuan (Jynana) dari Tuhan dengan cara penegasan dan penguatan
melalui sarana dan prasarana matrial yang disakralkan (nyasa) untuk realisasi jiwa dalam melakukan pemujaan dan penyatuan dengan Tuhan.
Berkaitan dengan Bhakti Archanam ini
orang
di seluruh dunia khususnya umat Hindu memiliki
sebuah altar sebagai tempat yang disucikan dimana mereka
menempatkan simbol-simbol suci (nyasa).
Sarana dan prasarana yang difungsikan sebagai media sakral untuk menghubungkan
diri secara harmonis atau melakukan pemujaan kepada Tuhan. Yang dibutuhkan
untuk mewujudkan Bhakti
Archanam ini adalah Nyasa seperti; patung Dewa (Pratima), gambar
Dewa, kitab suci atau ada dapat
juga menawarkan jenis sadhana atau ibadah
yang lain sesuai dengan keinginkan, kemampuan dan atau keseimbangan bhatin (atmanastusti) dari para bhakta. Kemudian pada altar menghaturkan rasa sujud hormat menyembah
kepada Tuhan. Sarana prasana pemujaan yang dihaturkan oleh
para bhakta untuk mewujudkan rasa sraddha dan bhaktinya kepada Tuhan (Lord)
melalui Bhakti Archanam ini yaitu seperti:
pencahayaan
lilin, dupa dan menawarkan bunga, buah-buahan dan makanan (Canang dan Banten)
yang disertai mantra seperti
Tri Sandhya, Kramaning
Sembah yang sederhana seperti; ‘Om Jay Sarasvati Devi', ‘Om Jai Sri
Ram'
atau 'Sitaram' atau 'Om Namah Shivaya' atau
dengan mengambil nama Tuhan yang disukai oleh para bhakta. Proses dari awal sampai akhir dari
itu semua merupakan
bagian dari ritual Bhakti Archanam. Pada ranah spiritual (strukur spiritual) Sewaka Dharma Archanam mengandung makna dan pesan bagi para bhakta guna membangun
kesadaran untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhan-nya. Pada ranah
spiritual Bhakti Archanam mengajarkan
tentang aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan acara keagamaan sebagai
pendoman bagi seorang bhakta dalam
ber-sadhana untuk mewujudkan
religiustas dan atau sraddha-bhakti-nya kepada Tuhan dalam kesadaran
kontemplasi dan repleksi diri guna memperoleh
kesempurnaan dan atau maju dalam
kehidupan rohani menuju pendakian rohani (Atma
Lingga) dengan menggunakan Archanam
sebagai penegasan dan penguatan sraddha-bhakti.
Selanjutnya pada
struktur bagian bawah (strukur sosial) ajaran Sewaka Dharma Archanam ini dapat
dimaknai sebagai ajaran untuk membangun
kesadaran sosial antara manusia dengan sesama dan lingkungan hidupnya melalui
pelayanan sosial yang tulus ikhlas dengan cara memberikan penghargaan dan atau
pengakuan yang lebih berwujud (nyata secara matrial) sebagai sebuah penegasan
atau penguatan. Hal ini semestinya
dilakukan oleh setiap orang sebagai wujud kesadaran akan pentingnya memberikan
penghargaan terhadap setiap profesi seseorang.
Mengamalkan ajaran Sewaka
Dharma Archanam pada kontek sosial atau kehidupan nyata dapat dilakukan dengan
jalan menumbuhkan kesadaran untuk
saling melakukan dharma dan swadharma Archanam antara satu sama yang lainnya seperti; kesadaran untuk
melakukan pelayanan dharma dan swadharma Archanam antara masing-masing Tri
guru (guru Rupaka, guru Pengajian, guru Wisesa), Dharma dan swadharma Archanam Catur Asrama
(Brahmacari, Grhastha, Wanaprastha dan Bhiksuka/Sanyasin), Dharma dan swadharma Catur Varna (Sudra, Wesya,
Ksatria dan Brahmana), dsb, yang dilandasi oleh prinsip-prinsip dasar dharma dan swadharma serta etika sosial sesuai dengan perintah dan pesan dari
ajaran Agama Hindu yang terakomodir ke dalam aspek atau tiga sudut
pandang yang disebut dengan Tri Kona,
yaitu diantaranya; Tri Kerangka Dasar
Agama Hindu, Tri Hita
Karana, Tri Kaya
Parisudha, Tri Parartha, dsb. Kesemuanya itu arah
geraknya diupayakan dapat berjalan sewirama, sewiraga dan sewirasa, serasi,
selaras dan seimbang serta dapat berjalan secara harmonis dan dinamis.
Kesadaran dharma dan
swadharma Archanam pada kontek sosial seperti
yang dimaksud tentu akan dapat melatih dan membentuk karakter individu manusia
yang memiliki
kesadaran Sewaka Dharma Archanam pada kontek kehidupan sosial. Berikut uraian tentang Sewaka Dharma Archanam pada kontek
kehidupan sosial yang dikaitkan dengan beberapa ajaran Agama Hindu, diantaranya
sebagai berikut.
Kesadaran Sewaka
Dharma Archanam pada kontek sosial dalam ajaran Catur Guru. Kesadaran dharma dan
swadharma Archanam dari masing-masing Tri
guru (guru Rupaka, guru Pengajian, guru Wisesa) terhadap profesi
masing-masing. Pada kontek ini,
apabila ketiga guru diantaranya: guru
Rupaka, guru Pengajian dan guru Wisesa dalam kehidupan sosialnya membangun
kesadaran untuk melakukan pelayanan sosial melalui pemberian penghargaan dan
penguatan terhadap profesi dan prestasi kerja, dll. Misalnya seperti : guru Wisesa yang memberikan penegasan
dan penguatan dengan memberikan penghargaan dan pengakuan terhadap warga
masyarakatnya yang berprestasi serta patuh dan taat terhadap perundang-undangan
yang berlaku. Demikian juga sebaliknya warga masyarakat untuk membangun
kesadaran Sewaka Dharma Archanam
kepada guru Wisesa (pemerintah) yang
telah menjalankan roda pemerintahan secara baik, mensejahterakan warga masyarakatnya,
melindungi hak hidup warga masyarakatnya, melindungi dan memberikan rasa nyaman
dan damai terhadap warga masyarakatnya, dan sebagainya yang berhubungan dengan segala
aspek dalam pemerintahan. Demikian pula contoh yang lain seperti, kesadaran
untuk memberikan penegasan dan penguatan dengan cara memberikan pengakuan dan
pengahargaan antara guru Rupaka
dengan anak-anaknya terhadap prestasi atau keberhasilan yang diraihnya. Hal
yang sama juga harus ditumbuh kembangkan kesadaran Sewaka Dharma Archanam yang diberikan kepada guru Pengajian oleh guru
Rupaka dan guru Wisesa terhadap
pengabdian dan prestasi yang dilakukan oleh seorang guru Pengajian dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab membina,
mendidik dan mencerdaskan anak-anak bangsa. Sebaga contoh yang lainnya
bagaimana sistem Pemerintahan Hindu dimasa lalu yang menerapkan Sewaka Dharma Archanam ini, Manajemen
Hindu dalam Arthasastra
yang
disusun oleh Kutilya berdasarkan pengalamannya sebagai Menteri dalam Arthasastra ditinjau dari sisi rancangan
pengendalian dan penerapannya telah sesuai dengan sisem pengendalian
internal yang diterapkan oleh pemerintahan negara modern sekarang ini. Manajemen
kerajaan telah dilengkapi dengan struktur organisasi, dan struktur organisasi
telah dilengkapi pula dengan uraian tugas yang jelas untuk semua pejabatnya.Dengan
demikian tugas dan tanggung dari semua pejabat tinggi sampai dengan yang rendah
menjadi sangat jelas. Hak dan kewajiban bagi seluruh warga masyarakat sesuai
dengan profesi kerjanya juga sangat jelas. Pemerintahan Hindu pada
zaman tersebut juga sangat menaruh perhatian dan memberikan
penghargaan sebagai penguatan dan penegasan kepada kualitas
sumber daya manusia (SDM), dari segi penguasaan ilmu dan teknologi, serta penghargaan terhadap seseorang apabila yang
bersangkutan terampil dan disiplin dalam menjalankan tugas.
Selanjutnya kesadaran Sewaka
Dharma Archanam pada kontek sosial dalam ajaran Catur Asrama. Kesadaran dharma
dan swadharma Archanam dari masing-masing Catur Asrama (Brahmacari, Grhastha,
Wanaprastha dan Bhiksuka/Sanyasin). Fenomena dewasa ini telah terjadi
kekacauan tentang dharma dan swadharma sosial serta etika sosial dari
masing-masing individu manusia pada
tingkatan asrama-nya. Ajaran Catur Asrama sesungguhnya memberikan
pedoman kepada individu manusia agar dapat hidup secara taratur sesuai dengan
tingkatan asrama-nya. Dimana pada
tiap-tiap tingkatan asrama memiliki dharma dan swadharma serta etika sosial sesuai dengan aturan keimanan, aturan
kebajikan dan aturan acara keagamaan yang tersurat dan tersirat dalam kitab
suci yang harus dipatuhi dan ditaati oleh setiap individu manusia sesuai dengan
tingkatan asrama yang dijalaninya.
Oleh karenanya, kesadaran dharma dan swadharma Archanam dalam kontek sosial sangat dibutuhkan dewasa ini. Setiap individu
manusia pada tingkatan asrama-nya harus
saling menghormati dengan memberikan penghargaan terhadap tingkatan asrama itu.
Kemudian kesadaran Sewaka
Dharma Archanam pada kontek sosial dalam ajaran Catur Varna. Kesadaran dharma
dan swadharma Archanam Catur Varna (Sudra, Wesya, Ksatria
dan Brahmana). Setiap orang hendaknya memberikan
penghargaan terhadap
profesi yang cocok untuk dirinya masing-masing serta orang lain. Seperti
halnya Purusa Sukta Rg Veda yang
menyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa yang menyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa
(Mahapurusa) yang menciptakan anatomi
masyarakat profesi yang di kenal dengan Catur
Varna.
Kitab-kitab Purana seperti Visnu dan Agni Purana menjelaskan hal yang sama,
yakni Brahma menciptakan empat
profesi; Brahmana, Ksatriya, Vaisya
dan Sudra, dan menyerahkan tugas
dan kewajiban serta prosedur hukum
kepadanya. Lebih jauh kepada empat macam profesi ini diberi pedoman hidup yang
umum, yaitu: Ahimsa (tidak
menyiksa/membunuh), Satyavada
(berbicara benar/jujur), Bhutadaya
(mencintai semua makhluk hidup), Tirthaseva
(mengunjungi tempat-tempat suci), Dana
(memberi bantuan dana), Brahmacarya (mengendalikan
diri/mengendalikan dorongan seksual), Vimatsaratva
(tidak melakukan perbuatan jahat), Sevakadeva
(berbhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dan para devata), Sevakapandita (menghormati
para Pandhita/Brahmana), Sevakacarya (menghormati para guru),
melaksanakan svadharma, Pitrpuja (melakukan pemujaan kepada para
leluhur), Loyal kepada pemerintah yang baik, mengikuti ajaran agama (sastra), tidak melakukan kejahatan, Titiksa (memiliki kesabaran dalam
menghadapi kesenangan dan kesusahan, panas dan dingin), percaya dan berbhakti
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pedoman hidup ini adalah pedoman yang umum untuk
semua profesi. Begitu mulia dharma dan swadharma dari masing profesi menurut
ajaran Catur Varna ini, maka
seharusnya dalam kehidupan sosial sepatutnya setiap orang memberikan
penghargaan terhadap profesi apapun yang dipilih oleh seorang dalam hidupnya Sloka-sloka berikut ini
dijelaskan fungsi serta tugas masing-masing varna
atau profesi itu;
"Rucam no dhehi brahmananesu, Rucam
rajasu nas krdhi,
Rucam visyesu sudresu,Mayi dhehi ruca
rucam" (Yayurveda, XVIII.48)
"Ya
Tuhan Yang Maha Esa, bersedialah memberikan kemuliaan pada para brahmana, para
ksatrya, para vaisya, dan para sudra. Semoga Engkau melimpahkan kecemerlangan
yang tidak habis-habisnya kepada kami".
"Brahmane
brahmanam, ksatraya rajanyam,
marudbhyo vaisyam,
tapase sudram" (Yayurveda,
XXX.5)
"Ya,
Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan brahmana untuk pengetahuan, para ksatriya
untuk perlindungan, para vaisya untuk perdagangan dan para sudra untuk
pekerjaan jasmaniah"
"Brahmano-asya
mukham asid, Bahu rajanyah krtah,
Uru tadasya yad
vaisyah, Padbhyam sudro ajayata" (Yayurveda, XXX.11)
"Brahmana adalah mulut-Nya Tuhan Yang
Maha Esa, Ksatriya lengan-lengan-Nya,
Vaisya paha-Nya dan Sudra kaki-kaki-Nya".
Berdasarkan
uraian sloka di atas, dapat di
ketahui bahwa setiap profesi (varna)
itu mulia, tugas-tugas profesional, dan dijelaskan bahwa profesi yang empat itu
adalah bagian-bagian (berasal) dari Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Suci.
Pengertian varna menurut pembawaan
dan fungsinya di bagi menjadi empat berdasarkan kewajiban. Orang dapat mengabdi
sebesar mungkin menurut pembawaannya. Dengan demikian seseorang akan dapat
melaksanakan tugasnya dengan rasa cinta kasih sayang dan
keikhlasan sesuai dengan dharma dan swadharma-nya
masing-masing.
Dengan demikian pula maka ajaran Catur Varna sesungguhnya memberikan pedoman kepada individu manusia
agar dapat hidup secara taratur sesuai dengan Varna Dharma-nya. Dimana pada tiap-tiap Varna memiliki dharma dan
swadharma serta etika sosial sesuai
dengan aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan acara keagamaan yang
tersurat dan tersirat dalam kitab suci yang harus dipatuhi dan ditaati oleh
setiap individu manusia sesuai dengan Varna
Dharma-nya. Oleh karenanya, kesadaran dharma
dan swadharma sosial untuk melakukan Sewaka Dharma Archanam terhadap setiap Varna Dharma sangat dibutuhkan dewasa
ini, sehingga dengan memberikan penguatan dan penegasan memalui pemberian
penghargaan terhadap prestasi yang diraih oleh setiap varna tersebut akan dapat meminimalisir terjadinya diskriminasi
atau kesewenang-wenangan terhadap profesi
seseorang. Dan Kesadaran Sewaka
Dharma Archanam pada kontek sosial yang lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikethaui bahwa factor
penting dalam kehidupan sosial adalah komunikasi social, pelayanan sosial dan atau penghargaan sosial. Karena itu, setiap
orang hendaknya dalam berinteraksi satu sama yang liannya memberikan penegasan
dan penguatan dengan cara memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap Asrama dan Varna Dharma setiap
orang. Hal ini banyak mengandung nilai keteladanan, motivasi, dan
inspirasi yang dapat menumbuhkan dan membangun semangat dalam berkarya dan
berprestasi bagi setiap orang sesuai dengan Varna dan Asrama Dharmanya
masing-masing apabila telah tumbuh kesadaran untuk melakukan Sewaka Dharma Archanam.
Oleh
karena itu, peningkatan kualitas setiap Varna dan Asrma Dharma adalah salah satu kunci guna menumbuhkan kesadaran seseorang untuk memberikan pengakuan dan
penghargaan terhadap pilihan jalan hidup dan profesi setiap orang. Adanya
penghargaan dan sanksi bagi masyarakat adalah salah satu
penunjang pengembangan dan kesadaran Sewaka
Dharma Archanam terhadap Varna
dan Asrama Dharma setiap orang.Tanpa
daya keinginan dalam diri setiap orang, maka apapun Varna dan Asrama Dharma yang dilakukan setiap orang tidak
banyak artinya dan tidak mendapat penghargaan serta pengakuan baik oleh
dirinya sendiri maupun oleh orang lain.
Maka sepatutnya Sewaka
Dharma Archanam pada struktur spiritual
dimaknai sebagai upaya untuk membangun
kesadaran untuk menjalin hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan-nya
dengan mempersembahkan ritual dalam wujud Archanam dalam kontek spritual. Dan dengan
melakukan sadhana pelayanan cinta
kasih sayang yang tulus dengan cara memberikan penghargaan atau tanda jasa
sebagai penguatan dan penegasan serta pengakuan terhadap seseorang karena
prestasi dan kemuliaannya dalam kontek sosial. Sadhana pelayanan cinta kasih sayang yang tulus dengan cara memberikan
penghormatan, penghargaan dan atau pengakuan terhadap seseorang sesungguhnya
merupakan yajna. Sedangkan pada struktur sosial untuk peningkatan kualitas kehidupan sosial yang memiliki
kesadaran Sewaka Dharma Archanam
di dalam kehidupan sosial antara satu sama yang lainnya adalah dengan membangun
rasa persaudaraan, kekeluargaan, persahabatan, kemanusiaan, kebersamaan dan
persatuan, sosial kemasyarakatan, di dalam organ-organ tubuh sosio yang saling
menghormati, menghargai dan melengkapi satu sama yang lainnya sehinga tercipta
kehidupan sosial yang harmonis, sejahtera, bahagia, damai dan sentosa. Dengan
tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar aturan keimanan, aturan kebajikan
dan aturan acara keagamaan yang diyakini.
)* Nawa Wida
Bhakti “Sewaka Dharma Archanam“ adalah Judul
Artikel yang telah terbit di Majalah
Craddha
Edisi-53.
)**I Nengah Sumendra,S.Ag, M.Fil.H adalah
Guru Agama Hindu SMK Negeri 1 Unaaha, Kab. Konawe. Prov.
Sulawesi
Tenggara. Ketua Pasraman Dharma Aksara. Aktiv sebagai Dharma Duta PHDI Prov.
Sultra dari
2007-sekarang
dan Sekretaris PHDI Kab. Konawe masa bakti 2010-2015.
You Is The Best
BalasHapus