NAWA WIDA BHAKTI
Sewaka
Dharma Smaranam
(Sujud Hormat Melalui
Pelayanan Cinta Kasih Sayang yang Tulus dengan Cara Mengingat)*
Oleh
I NENGAH SUMENDRA, S.Ag.
M.Fil. H )**
Bhakti Smaranam adalah
sujud hormat yang dilandasi cinta kasih sayang (prema)
yang tulus dan suci dengan cara atau jalan
mengingat. Pada arah gerak vertikal
atau pada struktur spiritual bhakti ini dilakukan
oleh manusia yang ditujukan kepada Tuhan-nya dalam upaya
menumbuhkan karakter Ketuhanan (daiwi
sampad) dalam diri manusia, menumbuhkan kesadaran diri dan atau cahaya
Ketuhanan dalam diri manusia (divine
human), serta untuk membangun dan menjalin hubungan yang harmonis antara
manusia dengan Tuhan dalam pencarian makna kehidupan dan jati dirinya.
Sujud hormat yang dilandasi cinta kasih sayang (prema) yang tulus dan suci dengan cara atau jalan
mengingat pada ranah spiritual antara manusia dengan Tuhan-nya
dapat dilakukan dengan cara melaksanakan disiplin spritual atau praktek
spiritual Sewaka Dharma Smaranam, yaitu sujud hormat melalui pelayanan cinta kasih sayang yang tulus dengan cara
mengingat; Nama-Nama suci Tuhan, Keagungan Tuhan,
Kemahakuasaan Tuhan, Cinta Kasih Sayang (Parama
Prema) Tuhan, Kemahaadaan Tuhan, Kemahakaryaan Tuhan, mengingat Sabda
(Wahyu) Tuhan yang tersurat dan tersirat dalam kitab suci, dan lain
sebagai-Nya.
Sedangkan pada arah gerak
horizontal atau pada kontek sosial Bhakti
Smaranam ini
hendaknya dilakukan oleh masyarakat
manusia kepada sesama dan alam lingkungannya dalam upaya menumbuhkan kesadaran
sosial, kesalehan sosial dan kepedulian sosial untuk saling mengingatkan satu
sama yang lainnya di dalam pencarian makna kehidupan dan peningkatan kualitas
hidup di lingkungan sosialnya secara serasi, selaras, seimbang, harmonis dan
dinamis, sehingga tumbuh karakter Ketuhanan (daiwi sampad) dalam kehidupan sosial dan tercipta cahaya Ketuhanan
(Keilahian) dalam organ-organ tubuh sosio (divine
society).Sedangkan dengan alam lingkungannya, masyarakat manusia juga
hendaknya menumbuhkan kepedulian lingkungan melalui mengingat tentang
pentingnya memelihara dan menjaga kelestarian alam lingkungan agar tetap
memberikan rasa nyaman dan kedamaian.
Berkaitan
dengan Bhakti Smaranam ini, terlebih
dahulu patut untuk memahami arti dari kata ‘mengingat’.
Menurut beberapa sumber yang sempat
diapresiasi bahwa mengingat adalah tingkah laku manusia
yang selalu diperoleh dari pengalaman masa lampau yang
diingatnya. Mengingat dapat
didefinisikan sebagai pengetahuan sekarang tentang pengalaman masa lampau.
Mengingat dapat terjadi dalam beberapa bentuk. Bentuk yang paling sederhana
adalah mengingat sesuatu apabila sesuatu itu dikenakan pada indera. Bentuk ini
disebut rekognisi. Misalnya, mengingat kebaikan seseorang, mengingat prestasi dan keberhasilan
seseorang, mengingat wajah
seseorang, mengingat tragedi kemanusiaan dan bencana alam, dan sebagainya. Bentuk mengingat
yang lebih sukar adalah recall. Me-recall sesuatu apabila seseorang sadar bahwa dirinya telah mengalami sesuatu di masa
yang lalu, tanpa mengenakan sesuatu itu pada
inderanya. Lebih sukar lagi ialah mengingat
dengan cukup tepat untuk memproduksi bahan yang pernah dialami atau dikerjakan. Misalnya anda mengenal kembali
(rekognisi) sebuah kejadian dan ingat juga bahwa anda pernah mengalami kejadian itu (recall), tetapi apakah anda mengalami
atau menjalani kembali kejadian itu (reproduksi) ?. Sedangkan bentuk mengingat yang keempat ialah melakukan (performance)
kebiasaan-kebiasaan yang sangat otomatis.
Berdasarkan dari pengertian
mengingat itu, maka Sewaka Dharma Smaranam dalam kontek sosial yang dimaksud
adalah mengingat tingkah laku sesama atau orang lain dan mengingat kejadian-kejadian
kemanusiaan, sosial dan alam lingkungan yang diperoleh dari pengalaman atau kejadian yang
telah berlalu kemudian diingat lagi. Guna terciptanya
kesadaran sosial dan kesalehan sosial yang memiliki kepedulian sosial untuk
saling mengingatkan satu sama yang lainnya. Melalui cara mengingat diharapkan
tumbuh jalinan hubungan yang serasi, selaras, seimbang dan harmonis serta
dinamis antara manusia dengan sesama dan lingkungannya dalam pencarian makna
kehidupan di lingkungan sosialnya dengan cara mengingat sesuai dengan
bentuk-bentuk mengingat di atas. Maka dengan demikian Sewaka Dharma Smaranam dalam
konteks sosial ini apabila dikaitkan dengan isu-isu kemanusiaan, sosial, perdamaian,
pluralisme, demokrasi, gender dan
lain-lain, maka
sepatutnya masyarakat manusia selalu berusaha untuk mengingat kembali isu-isu yang dimkasud di antaranya; tragedi atau bencana kemanusiaan, ketidak adilan
sosial, kesenjangan sosial, diskriminasi sosial, bencana alam, dan lain sebagainya, yang diakibatkan oleh konflik,
kesewenang-wenangan, diskriminasi, dan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh manusia dengan sesamanya baik itu
antara individu manusia yang satu dengan individu manusia yang
lainnya ataupun antara kelompok manusia yang
satu dengan kelompok manusia yang lainnya serta
manusia dengan lingkungannya akibat kurangnya kesadaran manusia untuk menjaga
kelestarian lingkungannya. Harapannya dengan mengingat tragedi,
penderitaan, musibah dan bencana yang diakibatkan itu, masyarakat
manusia selalu berupaya untuk mengingat dan mengeliminase tragedi
atau bencana kemanusiaan, ketidak adilan sosial, kesenjangan sosial, diskriminasi sosial, bencana
alam, dan lain sebagainya, yang telah terjadi dengan cara
mengingat melalui pikiran positif, bertutur kata yang baik, benar dan wajar,
bersikap dan bertingkah laku yang baik, benar dan wajar pula. Kepedulian sosial
dengan cara mengingat ini dapat dijadikan sebagai bekal atau modal dasar untuk mengevaluasi dan merepleksi diri dalam upaya mewujudkan perbaikan sosial dan alam lingkungan dimana
masyarakat manusia itu tinggal dan hidup. Demikian juga berkaitan dengan kebhinekaan dan pluralisme
dalam kehidupan sosial sebagai masyarakat manusia. Kesadaran untuk mengingat
bahwa kebhinekaan dan pluralisme adalah keniscayaan yang universal dan abadi
harus terus ditumbuh-kembangkan, apabila masyarakat manusia mampu
mengkemas kebhinekaan dan pluralisme itu dalam suatu
sistem dan struktur sosial di bawah panji-panji
kebersamaan, persatuan dan kesatuan, maka kedamaian sosial akan dapat
diwujudkan.
Oleh karena itu iklim untuk saling
memberikan dan melakukan Sewaka Dharma Smaranam sangat dibutuhkan oleh
masyarakat manusia, masyarakat manusia hendaknya terus
merepleksi diri dan bersedia untuk merubah
cara pandangnya,
yaitu yang awalnya kurang
peduli untuk mengingat sesuatu yang dialami atau dilalui dalam lintasan
hidupnya, maka sekarang mulai untuk mengingat kejadian-kejadian atau pengalaman masa lalu yang telah
terjadi termasuk mengingat prestasi dan
kebaikan-kebaikan sesamanya di dalam ingatan dan sanubari atau dalam bahasa
kiasannya dengan
memahatnya di Batu Karang sehingga
sulit untuk hilang atau melupakannya. Hal ini tentu akan dapat menumbuhkan kesadaran moral
untuk bersikap dan berprilaku baik juga kepada sesama sebagai wujud antara
stimulus dan respon yang positif, baik, benar dan wajar. Demikian pula
hendaknya belajar secara tulus ikhlas untuk memaafkan dan melupakan keburukan
yang dilakukan oleh orang lain dengan cara berpikir positif dan tapa hati (kontemplasi) untuk mencari sisi baik dari keburukkannya itu, atau
cara lain dengan bahasa kiasannya yaitu tulislah keburukan orang lain itu di Lautan sehingga
keburukan itu larut atau dilebur bersama air
lautan itu. Masyarakat manusia hendaknya merubah cara pandang dengan melupakan keburukan orang lain
yang diperbuat terhadapnya, cara pandang ini tentu akan dapat menciptakan
jiwa pemaaf dan ikhlas dalam diri manusia. Demikian pula masyarakat manusia hendaknya merubah cara pandangnya,
yaitu dengan melupakan kebaikan-kebaikan yang pernah diperbuatnya terhadap orang lain, guna menjauhkan dirinya dari
sifat sombong yang menghancurkan. Melainkan mulai sekarang merubah cara pandang dengan sujud hormat melalui
pelayanan cinta kasih sayang yang tulus dengan cara mengingat (Sewaka Dharma Smaranam) yang ditujukkan pada dua arah gerak, yaitu: Pertama, kesadaran untuk
mengingat bahwa kelahiran, kehidupan dan
kematian di kendalikan oleh Tuhan dengan Rtam-Nya
sehingga dibutuhkan kesadaran untuk melakukan Sewaka Dharma Smaranam terhadap Nama-Nama suci Tuhan (Nama Smaranam), Keagungan Tuhan,
Kemahakuasaan Tuhan, Cinta Kasih Sayang (Parama
Prema) Tuhan, Kemahaadaan Tuhan, Kemahakaryaan Tuhan, mengingat Sabda (Wahyu)
Tuhan yang tersurat dan tersirat dalam kitab suci, dan lain sebagai-Nya. Kedua,
kesadaran untuk mengingat bahwa dalam
lintasan kelahiran, kehidupan dan kematian di dunia ini dalam kontek sosial,
manusia adalah makhluk sosial yang sangat membutuhkan dan keterkandungan dengan
sesama dan alam lingungannya dalam pemenuhan kebutuhan hidup dan pencarian
makna hidup serta dalam peningkatan kualitas hidupnya. Oleh sebab itu maka Sewaka Dharma Smaranam guna menumbuhkan kesadaran sosial, kesalehan
sosial dan kepedulian sosial untuk saling mengingatkan satu sama yang lainnya
serta menumbuhkan kepedulian lingkungan melalui mengingat tentang pentingnya
memelihara dan menjaga kelestarian alam lingkungan menjadi keharusan apabila
masyarakat manusia berharap rasa nyaman dan kedamaian di dunia ini.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dimaknai bahwa ajaran Sewaka Dharma Smaranam mengandung konsep
ajaran dengan cara mengingat untuk menumbuhkan kesadaran spiritual dan sosial,
dimana kesadaran spiritual yaitu dengan cara menngingat Tuhan yang bertujuan
untuk menumbuhkan karakter Ketuhanan (daiwi sampad) dalam diri manusia, kesadaran diri dan atau
menumbuhkan cahaya Ketuhanan dalam diri manusia (divine human), serta untuk membangun dan menjalin hubungan yang harmonis
antara manusia dengan Tuhan dalam pencarian makna kehidupan dan jati dirinya. Sedangkan
kesadaran sosial yaitu dengan cara mengingat sesama dan alam lingkungan guna
menumbuhkan cahaya Ketuhanan dalam kehidupan sosial (divine society) dan cahaya Ketuhanan pada alam lingkungan (divine ecosystem).
)* Nawa Wida
Bhakti “Sewaka
Dharma Kirthanam “
adalah Judul Artikel untuk di Radar Bimas Hindu Sultra dan telah terbit di Majalah Craddha
Edisi-51.
)**I Nengah Sumendra,S.Ag, M.Fil.H adalah
Guru Agama Hindu SMK Negeri 1 Unaaha, Kab. Konawe. Prov.
Sulawesi
Tenggara. Ketua Pasraman Dharma Aksara. Aktiv sebagai Dharma Duta PHDI Prov.
Sultra dari
2007-sekarang
dan Sekretaris PHDI Kab. Konawe masa bakti 2010-2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar