SATYAM EVA JAYATE

MOTO

DHARMA MENYELIMUTI SELURUH PARTIKEL ATOM ALAM SEMESTA

Jumat, 06 Desember 2013

NAWA WIDHA BHAKTI - Sewaka Dharma Smaranam (Part 4)



NAWA WIDA BHAKTI
Sewaka Dharma  Smaranam
(Sujud Hormat Melalui Pelayanan Cinta Kasih Sayang yang Tulus dengan Cara Mengingat)*






Oleh
I NENGAH SUMENDRA, S.Ag. M.Fil. H )**

Bhakti Smaranam adalah sujud hormat yang dilandasi cinta kasih sayang (prema) yang tulus dan suci dengan cara atau jalan mengingat. Pada arah gerak vertikal atau pada struktur spiritual bhakti ini dilakukan oleh manusia yang ditujukan kepada Tuhan-nya dalam upaya menumbuhkan karakter Ketuhanan (daiwi sampad) dalam diri manusia, menumbuhkan kesadaran diri dan atau cahaya Ketuhanan dalam diri manusia (divine human), serta untuk membangun dan menjalin hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan dalam pencarian makna kehidupan dan jati dirinya.
Sujud hormat yang dilandasi cinta kasih sayang (prema) yang tulus dan suci dengan cara atau jalan mengingat pada ranah spiritual antara manusia dengan Tuhan-nya dapat dilakukan dengan cara melaksanakan disiplin spritual atau praktek spiritual Sewaka Dharma Smaranam, yaitu sujud hormat melalui pelayanan cinta kasih sayang yang tulus dengan cara mengingat; Nama-Nama suci Tuhan, Keagungan Tuhan, Kemahakuasaan Tuhan, Cinta Kasih Sayang (Parama Prema) Tuhan, Kemahaadaan Tuhan, Kemahakaryaan Tuhan, mengingat Sabda (Wahyu) Tuhan yang tersurat dan tersirat dalam kitab suci, dan lain sebagai-Nya.

  Sedangkan pada arah gerak horizontal atau pada kontek sosial Bhakti Smaranam ini hendaknya dilakukan oleh masyarakat manusia kepada sesama dan alam lingkungannya dalam upaya menumbuhkan kesadaran sosial, kesalehan sosial dan kepedulian sosial untuk saling mengingatkan satu sama yang lainnya di dalam pencarian makna kehidupan dan peningkatan kualitas hidup di lingkungan sosialnya secara serasi, selaras, seimbang, harmonis dan dinamis, sehingga tumbuh karakter Ketuhanan (daiwi sampad) dalam kehidupan sosial dan tercipta cahaya Ketuhanan (Keilahian) dalam organ-organ tubuh sosio (divine society).Sedangkan dengan alam lingkungannya, masyarakat manusia juga hendaknya menumbuhkan kepedulian lingkungan melalui mengingat tentang pentingnya memelihara dan menjaga kelestarian alam lingkungan agar tetap memberikan rasa nyaman dan kedamaian.
Berkaitan dengan Bhakti Smaranam ini, terlebih dahulu patut untuk memahami arti dari kata ‘mengingat’. Menurut beberapa sumber yang sempat diapresiasi bahwa mengingat adalah tingkah laku manusia yang selalu diperoleh dari pengalaman masa lampau yang diingatnya. Mengingat dapat didefinisikan sebagai pengetahuan sekarang tentang pengalaman masa lampau. Mengingat dapat terjadi dalam beberapa bentuk. Bentuk yang paling sederhana adalah mengingat sesuatu apabila sesuatu itu dikenakan pada indera. Bentuk ini disebut rekognisi. Misalnya, mengingat kebaikan seseorang, mengingat prestasi dan keberhasilan seseorang, mengingat wajah seseorang, mengingat tragedi kemanusiaan dan bencana alam, dan sebagainya. Bentuk mengingat yang lebih sukar adalah recall. Me-recall sesuatu apabila seseorang sadar bahwa dirinya telah mengalami sesuatu di masa yang lalu, tanpa mengenakan sesuatu itu pada inderanya. Lebih sukar lagi ialah mengingat dengan cukup tepat untuk memproduksi bahan yang pernah dialami atau dikerjakan. Misalnya anda mengenal kembali (rekognisi) sebuah kejadian dan ingat juga bahwa anda pernah mengalami kejadian itu (recall), tetapi apakah anda mengalami atau menjalani kembali kejadian itu (reproduksi) ?. Sedangkan bentuk mengingat yang keempat ialah melakukan (performance) kebiasaan-kebiasaan yang sangat otomatis.
Berdasarkan dari pengertian mengingat itu, maka Sewaka Dharma Smaranam dalam kontek sosial yang dimaksud adalah mengingat tingkah laku sesama atau orang lain dan mengingat kejadian-kejadian kemanusiaan, sosial dan alam lingkungan yang diperoleh dari pengalaman atau kejadian yang telah berlalu kemudian diingat lagi. Guna terciptanya kesadaran sosial dan kesalehan sosial yang memiliki kepedulian sosial untuk saling mengingatkan satu sama yang lainnya. Melalui cara mengingat diharapkan tumbuh jalinan hubungan yang serasi, selaras, seimbang dan harmonis serta dinamis antara manusia dengan sesama dan lingkungannya dalam pencarian makna kehidupan di lingkungan sosialnya dengan cara mengingat sesuai dengan bentuk-bentuk mengingat di atas. Maka dengan demikian Sewaka Dharma Smaranam dalam konteks sosial ini apabila dikaitkan dengan isu-isu kemanusiaan, sosial, perdamaian, pluralisme, demokrasi, gender dan lain-lain, maka sepatutnya masyarakat manusia selalu berusaha untuk mengingat kembali isu-isu yang dimkasud di antaranya; tragedi atau bencana kemanusiaan, ketidak adilan sosial, kesenjangan sosial, diskriminasi sosial, bencana alam, dan lain sebagainya, yang diakibatkan oleh konflik, kesewenang-wenangan, diskriminasi, dan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh manusia dengan sesamanya baik itu antara individu manusia yang satu dengan individu manusia yang lainnya ataupun antara kelompok manusia yang satu dengan kelompok manusia yang lainnya serta manusia dengan lingkungannya akibat kurangnya kesadaran manusia untuk menjaga kelestarian lingkungannya. Harapannya dengan mengingat tragedi, penderitaan, musibah dan bencana yang diakibatkan itu, masyarakat manusia selalu berupaya untuk mengingat dan mengeliminase tragedi atau bencana kemanusiaan, ketidak adilan sosial, kesenjangan sosial, diskriminasi sosial, bencana alam, dan lain sebagainya, yang telah terjadi dengan cara mengingat melalui pikiran positif, bertutur kata yang baik, benar dan wajar, bersikap dan bertingkah laku yang baik, benar dan wajar pula. Kepedulian sosial dengan cara mengingat ini dapat dijadikan sebagai bekal atau modal dasar untuk mengevaluasi dan merepleksi diri dalam upaya mewujudkan perbaikan sosial dan alam lingkungan dimana masyarakat manusia itu tinggal dan hidup. Demikian juga berkaitan dengan kebhinekaan dan pluralisme dalam kehidupan sosial sebagai masyarakat manusia. Kesadaran untuk mengingat bahwa kebhinekaan dan pluralisme adalah keniscayaan yang universal dan abadi harus terus ditumbuh-kembangkan, apabila masyarakat manusia mampu mengkemas kebhinekaan dan pluralisme itu dalam suatu sistem dan struktur sosial di bawah panji-panji kebersamaan, persatuan dan kesatuan, maka kedamaian sosial akan dapat diwujudkan. Oleh karena itu iklim untuk saling memberikan dan melakukan Sewaka Dharma Smaranam sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia, masyarakat manusia hendaknya terus merepleksi diri dan bersedia untuk merubah cara pandangnya, yaitu yang awalnya kurang peduli untuk mengingat sesuatu yang dialami atau dilalui dalam lintasan hidupnya, maka sekarang mulai untuk mengingat kejadian-kejadian atau pengalaman masa lalu yang telah terjadi termasuk mengingat prestasi dan kebaikan-kebaikan sesamanya di dalam ingatan dan sanubari atau dalam bahasa kiasannya dengan memahatnya di Batu Karang sehingga sulit untuk hilang atau melupakannya. Hal ini tentu akan dapat menumbuhkan kesadaran moral untuk bersikap dan berprilaku baik juga kepada sesama sebagai wujud antara stimulus dan respon yang positif, baik, benar dan wajar. Demikian pula hendaknya belajar secara tulus ikhlas untuk memaafkan dan melupakan keburukan yang dilakukan oleh orang lain dengan cara berpikir positif dan tapa hati (kontemplasi) untuk mencari sisi baik dari keburukkannya itu, atau cara lain dengan bahasa kiasannya yaitu tulislah keburukan orang lain itu di Lautan sehingga keburukan itu larut atau dilebur bersama air lautan itu. Masyarakat manusia hendaknya merubah cara pandang dengan melupakan keburukan orang lain yang diperbuat terhadapnya, cara pandang ini tentu akan dapat menciptakan jiwa pemaaf dan ikhlas dalam diri manusia. Demikian pula masyarakat manusia hendaknya merubah cara pandangnya, yaitu dengan melupakan kebaikan-kebaikan yang pernah diperbuatnya terhadap orang lain, guna menjauhkan dirinya dari sifat sombong yang menghancurkan. Melainkan mulai sekarang merubah cara pandang dengan sujud hormat melalui pelayanan cinta kasih sayang yang tulus dengan cara mengingat (Sewaka Dharma Smaranam) yang ditujukkan pada dua arah gerak, yaitu: Pertama, kesadaran untuk mengingat bahwa  kelahiran, kehidupan dan kematian di kendalikan oleh Tuhan dengan Rtam-Nya sehingga dibutuhkan kesadaran untuk melakukan Sewaka Dharma Smaranam terhadap Nama-Nama suci Tuhan (Nama Smaranam), Keagungan Tuhan, Kemahakuasaan Tuhan, Cinta Kasih Sayang (Parama Prema) Tuhan, Kemahaadaan Tuhan, Kemahakaryaan Tuhan, mengingat Sabda (Wahyu) Tuhan yang tersurat dan tersirat dalam kitab suci, dan lain sebagai-Nya. Kedua, kesadaran untuk mengingat bahwa  dalam lintasan kelahiran, kehidupan dan kematian di dunia ini dalam kontek sosial, manusia adalah makhluk sosial yang sangat membutuhkan dan keterkandungan dengan sesama dan alam lingungannya dalam pemenuhan kebutuhan hidup dan pencarian makna hidup serta dalam peningkatan kualitas hidupnya. Oleh sebab itu maka Sewaka Dharma Smaranam guna menumbuhkan kesadaran sosial, kesalehan sosial dan kepedulian sosial untuk saling mengingatkan satu sama yang lainnya serta menumbuhkan kepedulian lingkungan melalui mengingat tentang pentingnya memelihara dan menjaga kelestarian alam lingkungan menjadi keharusan apabila masyarakat manusia berharap rasa nyaman dan kedamaian di dunia ini.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dimaknai bahwa ajaran Sewaka Dharma Smaranam mengandung konsep ajaran dengan cara mengingat untuk menumbuhkan kesadaran spiritual dan sosial, dimana kesadaran spiritual yaitu dengan cara menngingat Tuhan yang bertujuan untuk menumbuhkan karakter Ketuhanan (daiwi sampad) dalam diri manusia, kesadaran diri dan atau menumbuhkan cahaya Ketuhanan dalam diri manusia (divine human), serta untuk membangun dan menjalin hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan dalam pencarian makna kehidupan dan jati dirinya. Sedangkan kesadaran sosial yaitu dengan cara mengingat sesama dan alam lingkungan guna menumbuhkan cahaya Ketuhanan dalam kehidupan sosial (divine society) dan cahaya Ketuhanan pada alam lingkungan (divine ecosystem).


)* Nawa Wida Bhakti  Sewaka Dharma  Kirthanam “ adalah Judul Artikel untuk di Radar Bimas Hindu Sultra dan telah terbit di Majalah Craddha Edisi-51.
)**I Nengah Sumendra,S.Ag, M.Fil.H adalah Guru Agama Hindu SMK Negeri 1 Unaaha, Kab. Konawe. Prov.
    Sulawesi Tenggara. Ketua Pasraman Dharma Aksara. Aktiv sebagai Dharma Duta PHDI Prov. Sultra dari
    2007-sekarang dan Sekretaris PHDI Kab. Konawe masa bakti 2010-2015.
 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tumbuh dalam MendraJyothi

Tumbuh dalam MendraJyothi
Tumbuh dan Berkembang secara Alami dalam azas Badani dan Rohani adalah fenomena Alam yang patut diteladani