NAWA WIDA BHAKTI
Sewaka Dharma Padasevanam
Oleh
I
NENGAH SUMENDRA, S.Ag. M.Fil. H
Agama Hindu dibangun di atas
satu struktur yang mencakup bagian atas (superstructure)
yaitu struktur spiritual dan bagian bawah (underlying
structure) yaitu struktur sosial. Struktur
bagian atas (superstructure) yaitu
struktur spiritual diantaranya mencakup doktrin-doktrin teologi (Brahmavidya) dan kebhaktian kepada Tuhan
Yang Maha Esa, para Devata, Leluhur.
Sedangkan struktur bagian bawah (underlyingstructure) yaitu struktur
sosial, diantaranya yang mencakup sosial /kemasyarakatan
diantaranya; aturan moral, nilai dari prilaku bajik, penghargaan terhadap
profesi (Varna), Varna Dharma (kewajiban hidup), Catur
Purusartha (empat tujuan hidup manusia), Catur Asrama (empat fase/tahapan kehidupan), ketidak sucian akibat
kelahiran dan kematian, berbagai bentuk perilaku dosa dan penebusan dosanya,
upacara prayascitta (penyucian) dan
berbagai macam upacara keagamaan, dan lain sebagainya. Seluruh ajaran yang ada
dalam struktur bagian atas (superstructure)
dan dalam struktur bagian bawah (underlying
structure) kesemuanya itu terakomodir
ke dalam aspek atau tiga sudut pandang yang disebut dengan Tri Kona, yaitu diantaranya; Tri
Kerangka Dasar Agama Hindu dan Tri
Hita Karana. Tri Kerangka Dasar Agama
Hindu yang meliputi; Tattwa
(Idiologi filofis) yang mencakup; Brahmavidya,
Atmavidya, Karmaphala, Samsara/Punarjanma, Moksa. Susila (etika) yang mencakup; dasar etika dan moralitas, Catur Varna (empat profesi manusia), Catur Purusartha (empat tujuan
hidup manusia), Catur Asrama (empat
fase/tahapan hidup manusia) dll, dan Acara
(upacara) yang mencakup; Panca Yajna, Orang Suci, dll. Dan Tri Hita Karana yang meliputi; Jalinan
hubungan yang harmonis manusia terhadap Tuhan-nya, manusia terhadap sesama-nya,
dan manusia terhadap alam lingkungan-nya.
Demikian juga halnya ajaran Nawa Wida Bhakti yang pada kesempatan
ini membahas tentang ajaran Bhakti Padasevanam. Ajaran Bhakti
Padasevanam ini apabila diapresiasi dari satu struktur Agama Hindu yang
telah diuraikan di atas, maka ajaran ini arah geraknya dapat disesuaikan dengan
struktur bangunan Agama Hindu yang ada, yaitu pada struktur bagian atas
(struktur spiritual) bhakti Padasevanam
arah geraknya untuk peningkatan spiritual dan pada struktur bagian bawah
(struktur sosial) bhakti Padasevanam arah
geraknya untuk peningkatan kualitas kehidupan sosial.
Bhakti Padasevanam, adalah bhakti untuk melayani dan memberikan
pelayanan. Bhakti Padasevanam mengajarkan tentang aturan keimanan,
aturan kebajikan dan aturan acara keagamaan dengan jalan sujud-hormat dan
menyembah di Kaki Padma (Lotus). Bhakti
Padasevanam ini sangat baik dilakukan bagi
seorang bhakta dalam menjalin
hubungan yang harmonis (sandhya)
kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan jalan melakukan sadhana Padasevanam seiring
dengan rasa dan kekuatan seseorang, mendengar (Sravanam), menyanyikan gita/nyayian rohani/kidung
suci (Khirthanam) dan
mengingat nama-nama suci dan keagungan
Tuhan (Sravanam). Bhakti Padasevanam ini akan mengantarkan seorang bhakta pada pendakian spiritual guna memperoleh
kesempurnaan atau dengan kata lain dapat
membantu seorang bhakta maju dalam kehidupan
rohani yang lebih cepat. Hal ini diyakini karena
mengingat ketika seorang bhakta selalu
berpikir pada Kaki Padma/Lotus
Tuhan, maka arah gerak pikirannyapun
akan menjadi sangat melekat
memikirkan Kaki Padma Tuhan, ketika seorang bhakta
sangat patuh terhadap proses bhakti Padasevanam juga arah gerak pikirannya akan terpusat kepada Kaki Padma Tuhan. Proses
yang dimaksud secara
bertahap meliputi proses melihat bentuk nyasa Tuhan, menyentuh
bentuk nyasa
Tuhan, mengelilingi bentuk Kuil, Pura/tempat suci Tuhan, mengunjungi
tempat-tempat suci (Tirtha Yatra) untuk melihat
bentuk nyasa-Nya Tuhan dan pelayanan suci (Sewaka
Dharma) kepada Tuhan. Proses-proses yang dilalui dalam
menjalin hubungan
yang harmonis dengan
Tuhan (sandhya) yang dilakukan sebelum melakukan bhakti Padasevanam itu juga dapat disebut sebagai Padasevanam
seorang bhakta kepada Tuhan. Berdasarkan
uraian ini, maka dapat diketahui bahwa bhakti
Padasevanam mengandung makna dan pesan ajaran untuk melakukan sebuah pelayanan
suci yang dilandasi hati yang tulus ikhlas dengan jalan sujud-hormat di Kaki Padma (Sewaka Dharma Padasevanam).
Ajaran Sewaka Dharma Padasevanam pada strukur bagian atas (strukur
spiritual) mengandung makna dan pesan yaitu membangun kesadaran untuk menjalin hubungan yang
harmonis antara manusia dengan Tuhan-nya. Pada struktur spiritual ini mengajarkan
tentang aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan acara keagamaan sebagai
pendoman bagi seorang bhakta dalam
ber-sadhana untuk mewujudkan religiustas
dan sraddha-bhakti-nya kepada Tuhan dalam kesadaran kontemplasi dan repleksi
diri guna memperoleh kesempurnaan dan atau maju dalam kehidupan rohani menuju pendakian rohani
(Atma Lingga).
Sedangkan pada struktur bagian
bawah (strukur sosial) ajaran Sewaka
Dharma Padasevanam mengandung makna dan pesan yaitu membangun kesadaran
sosial guna menjalin hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesama dan
lingkungan hidupnya dengan melakukan pelayanan sosial yang tulus ikhlas dengan
jalan saling hormat-menghormati dan saling menghargai satu sama yang lainnya.
Kesadaran Sewaka Dharma Padasevanam
pada konteks sosial merupakan wujud mempraksiskan konsep Ketunanan dalam kehidupan
sosial (teologi sosial), sehingga tujuan untuk menurunkan kekuatan adi kodrati
dan menciptakan sorga/swarga (Jagadhita) di bumi atau Siva membumi (Sivalingga) dapat diwujudkan. Kesadaran Sewaka Dharma Padasevanam pada konteks sosial sangat dibutuhkan
dewasa ini, hal ini dikarenakan terjadinya degradasi karakter budaya bangsa yang
sangat memprihatinkan bagi kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara yang dapat hidup secara damai dan sentosa. Degradasi karater budaya
bangsa yang dimaksud diantaranya memudarnya sikap untuk saling menghormati
antara sesama anak bangsa dan sesama manusia yang sama-sama sebagai makhluk
ciptaan Tuhan. Untuk mengantisipasi terjadinya degradasi karakter
budaya yang semakin meluas, maka sangat dibutuhkan kesadaran, tanggung-jawab dan
kepedulian sosial (dharma dan swadharma sosial) terhadap krisis sosial
yang terjadi. Salah satu dharma dan swadharma sosial yang dimaksud adalah
kesadaran untuk melakukan Sewaka Dharma Padasevanam pada konteks sosial. Mentranspormasikan
nilai-nilai ajaran Sewaka Dharma Padasevanam sejak dini dengan cara menanam dan menumbuh-kembangkan
melalui pewartaan, pendidikan dan pembinaan pada setiap individu manusia secara
berkesinambungan sesuai dengan ruang lingkup dimana masyarakat manusia hidup
dan menjalani kehidupannya merupakan salah satu dharma dan swadharma
sosial.
Hal yang dapat dilakukan untuk mempraksiskan atau
mengaktualisasikan ajaran Sewaka Dharma
Padasevanam pada
kontek sosial atau kehidupan nyata adalah
dengan jalan menumbuhkan
kesadaran untuk saling melakukan dharma dan swadharma
sosial serta
etika
sosial seperti; kesadaran untuk melakukan pelayanan dharma dan swadharma serta etika sosial Catur Guru (guru Rupaka, guru Pengajian,
guru Wisesa dan Guru Swadyaya), Dharma dan swadharma serta etika sosial
Catur Asrama (Brahmacari, Grhastha, Wanaprastha dan Bhiksuka/Sanyasin), Dharma dan swadharma serta etika sosial Catur Varna (Sudra, Wesya, Ksatria dan Brahmana), dsb, yang
dilandasi oleh prinsip-prinsip dasar dharma
dan swadharma serta etika sosial sesuai
dengan perintah dan pesan dari ajaran Agama Hindu yang
terakomodir ke dalam aspek atau tiga sudut pandang yang disebut dengan Tri Kona, yaitu diantaranya; Tri Kerangka Dasar Agama Hindu, Tri Hita Karana, Tri Kaya Parisudha, Tri Parartha, dsb. Kesemuanya itu arah geraknya diupayakan dapat berjalan sewirama, sewiraga
dan sewirasa, serasi, selaras dan seimbang serta dapat berjalan secara harmonis
dan dinamis.
Kesadaran dharma dan swadharma
sosial serta
etika sosial seperti yang dimaksud tentu akan melatih dan membentuk
karakter individu manusia dan atau karakter anak bangsa yang memiliki kesadaran Sewaka Dharma Padasevanam pada kontek kehidupan sosial. Berikut uraian tentang Sewaka Dharma Padasevanam pada kontek kehidupan sosial yang dikaitkan dengan beberapa ajaran Agama
Hindu, diantaranya sebagai berikut :
a) Kesadaran Sewaka Dharma Padasevanam pada kontek sosial dalam ajaran Catur Guru. Kesadaran dharma dan swadharma sosial serta
etika sosial dari masing-masing Tri guru
(guru Rupaka, guru Pengajian, guru Wisesa). Pada kontek ini, apabila ketiga
guru diantaranya: guru Rupaka, guru Pengajian dan guru Wisesa dalam kehidupan sosialnya, satu sama yang lainnya sama-sama
bersinergi dan membangun kesadaran untuk melakukan pelayanan sosial seperti; membangun
rasa persaudaraan, kekeluargaan, persahabatan, kemanusiaan, kebersamaan dan
persatuan, sosial kemasyarakatan, di dalam organ-organ tubuh sosio yang saling
menghormati, menghargai dan melengkapi satu sama yang lainnya maka akan tercipta
kehidupan sosial yang harmonis, sejahtera, bahagia, damai dan sentosa. Situasi
dan kondisi sosial masyarakat yang seperti itu dapat menjadi modal dasar untuk
membangun dan menumbuhkan kesalehan sosial dan rasa religiusitas di
tengah-tengah masyarakat. Kesalehan sosial dan rasa riligiusitas akan
mempertebal dan memperkuat sraddh bhakti
(iman dan taqwa) jiwa masyarakat kepada
perintah dan larangan Tuhan melalui aturan-aturan keimanan, aturan kebajikan
dan aturan acara keagamaan yang diwahyukan Tuhan dalam kitab suci, serta akan
tumbuh karakter-karakter Ketuhanan (daiwi
sampad) dalam kehidupan sosialnya. Sedangkan Guru yang kempat, Guru Alam
Semesta yaitu Tuhan Yang Maha Esa (Hyang
Paramasti Guru). Cinta Kasih Sayang (Parama
Prema) Tuhan kepada Alam Semesta dan seluruh ciptaan-Nya tidak perlu
diragukan lagi, karena adanya Pelayanan Cinta Kasih Sayang (Parama Prema) dari Tuhan-lah seluruh Alam
Semesta dan seluruh ciptaan-Nya hidup dan berputar, tanpa adanya Cinta Kasih
Sayang Tuhan maka seluruh Alam Semesta dan segala isinya akan berhenti
berputar/bergerak dan menuju Brahma Nakta
(Maha Pralaya). Kesadaran adanya
Pelayanan Cinta Kasih Sayang Tuhan inilah umat Hindu berdasarkan ajaran kitab
sucinya memiliki sraddha dan bhakti untuk melaksanakan yajna yang didasari oleh prinsip dasar
ajaran Tri Rnam.
b) Kesadaran Sewaka Dharma Padasevanam pada kontek sosial dalam ajaran Catur Asrama. Kesadaran dharma dan swadharma sosial serta
etika sosial dari masing-masing Catur
Asrama (Brahmacari, Grhastha, Wanaprastha dan Bhiksuka/Sanyasin). Fenomena
dewasa ini telah terjadi kekacauan tentang dharma dan swadharma
sosial serta
etika sosial dari masing-masing individu
manusia pada tingkatan asrama-nya.
Ajaran Catur Asrama sesungguhnya
memberikan pedoman kepada individu manusia agar dapat hidup secara taratur
sesuai dengan tingkatan asrama-nya.
Dimana pada tiap-tiap tingkatan asrama
memiliki dharma dan swadharma serta etika sosial sesuai
dengan aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan acara keagamaan yang
tersurat dan tersirat dalam kitab suci yang harus dipatuhi dan ditaati oleh
setiap individu manusia sesuai dengan tingkatan asrama yang dijalaninya. Oleh karenanya, kesadaran dharma dan swadharma sosial serta
etika sosial untuk melakukan Sewaka
Dharma Padasevanam terhadap setiap tingkatan asrama sangat dibutuhkan dewasa ini. Karena tak ada satupun
individu manusia pada tingkatan asrama-nya
akan menuju pada kesempurnaan hidup tanpa adanya kesadaran Sewaka Dharma Padasevanam baik itu di dalam olah rasa, olah pikir,
olah tutur, olah sikap dan laku antara individu
manusia pada asrama yang satu dengan individu manusia pada asrama yang lainnya.
c) Kesadaran Sewaka Dharma Padasevanam pada kontek sosial dalam ajaran Catur Varna. Kesadaran dharma dan swadharma sosial serta
etika sosial Catur Varna (Sudra, Wesya, Ksatria dan Brahmana). Kata 'Varna' dalam bahasa sansekerta berasal
dari kata 'Vr' yang berarti pilihan. Catur Varna berarti 4 pilihan setiap
orang terhadap profesi yang cocok untuk dirinya masing-masing. Seperti halnya Purusa Sukta Rg Veda yang
menyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa yang menyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa
(Mahapurusa) yang menciptakan anatomi
masyarakat profesi yang di kenal dengan Catur
Varna.
Kitab-kitab
Purana seperti Visnu dan Agni Purana
menjelaskan hal yang sama, yakni Brahma
menciptakan empat profesi; Brahmana,
Ksatriya, Vaisya dan Sudra, dan
menyerahkan tugas dan kewajiban serta
prosedur hukum kepadanya. Lebih jauh kepada empat macam profesi ini diberi
pedoman hidup yang umum, yaitu: Ahimsa
(tidak menyiksa/membunuh), Satyavada
(berbicara benar/jujur), Bhutadaya
(mencintai semua makhluk hidup), Tirthaseva
(mengunjungi tempat-tempat suci), Dana
(memberi bantuan dana), Brahmacarya (mengendalikan
diri/mengendalikan dorongan seksual), Vimatsaratva
(tidak melakukan perbuatan jahat), Sevakadeva
(berbhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dan para devata), Sevakapandita (menghormati
para Pandhita/Brahmana), Sevakacarya (menghormati para guru),
melaksanakan svadharma, Pitrpuja (melakukan pemujaan kepada para
leluhur), Loyal kepada pemerintah yang baik, mengikuti ajaran agama (sastra), tidak melakukan kejahatan, Titiksa (memiliki kesabaran dalam
menghadapi kesenangan dan kesusahan, panas dan dingin), percaya dan berbhakti
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pedoman hidup ini adalah pedoman yang umum untuk
semua profesi. Sloka-sloka berikut
ini dijelaskan fungsi serta tugas masing-masing varna atau profesi itu;
"Rucam no dhehi brahmananesu, Rucam rajasu nas
krdhi,
Rucam visyesu sudresu,Mayi dhehi ruca rucam" (Yayurveda, XVIII.48)
"Ya
Tuhan Yang Maha Esa, bersedialah memberikan kemuliaan pada para brahmana, para
ksatrya, para vaisya, dan para sudra. Semoga Engkau melimpahkan kecemerlangan
yang tidak habis-habisnya kepada kami".
"Brahmane
brahmanam, ksatraya rajanyam,
marudbhyo vaisyam,
tapase sudram" (Yayurveda,
XXX.5)
"Ya,
Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan brahmana untuk pengetahuan, para ksatriya
untuk perlindungan, para vaisya untuk perdagangan dan para sudra untuk
pekerjaan jasmaniah"
"Brahmano-asya
mukham asid, Bahu rajanyah krtah,
Uru tadasya yad
vaisyah, Padbhyam sudro ajayata" (Yayurveda, XXX.11)
"Brahmana adalah mulut-Nya Tuhan Yang
Maha Esa, Ksatriya lengan-lengan-Nya,
Vaisya paha-Nya dan Sudra kaki-kaki-Nya".
Berdasarkan
uraian sloka di atas, dapat di
ketahui bahwa setiap profesi (varna)
itu mulia, tugas-tugas profesional, dan dijelaskan bahwa profesi yang empat itu
adalah bagian-bagian (berasal) dari Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Suci.
Pengertian varna menurut pembawaan
dan fungsinya di bagi menjadi empat berdasarkan kewajiban. Orang dapat mengabdi
sebesar mungkin menurut pembawaannya. Dengan demikian seseorang akan dapat
melaksanakan tugasnya dengan rasa cinta kasih sayang dan keikhlasan
sesuai dengan dharma dan swadharma-nya
masing-masing.
Dengan demikian pula maka ajaran Catur Varna sesungguhnya memberikan
pedoman kepada individu manusia agar dapat hidup secara taratur sesuai dengan Varna Dharma-nya. Dimana pada tiap-tiap Varna memiliki dharma dan swadharma
serta etika sosial sesuai dengan aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan
acara keagamaan yang tersurat dan tersirat dalam kitab suci yang harus dipatuhi
dan ditaati oleh setiap individu manusia sesuai dengan Varna Dharma-nya. Oleh karenanya, kesadaran dharma dan swadharma sosial serta
etika sosial untuk melakukan Sewaka
Dharma Padasevanam terhadap setiap Varna
Dharma sangat dibutuhkan dewasa ini. Karena tak ada satupun individu
manusia pada Varna tertentu akan
menuju pada kesempurnaan hidup tanpa adanya kesadaran Sewaka Dharma Padasevanam baik itu di dalam olah rasa, olah pikir,
olah tutur, olah sikap dan laku antara individu
manusia pada Varna yang satu dengan individu manusia pada Varna yang lainnya.
d) Dan Kesadaran Sewaka Dharma Padasevanam pada kontek sosial yang lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat diketahui bahwa ajaran Sewaka
Dharma Padasevanam pada struktur spiritual mengandung makna dan pesan yaitu; membangun kesadaran untuk menjalin
hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan-nya, dengan melakukan sadhana pelayanan cinta
kasih sayang yang tulus dengan cara sujud hormat di Kaki Padma. Dengan berpedoman pada
prinsip-prinsip dasar aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan acara
keagamaan yang tersurat dan tersirat di dalam kitab suci yang diyakini. Sadhana pelayanan cinta
kasih sayang yang tulus dengan cara sujud hormat di Kaki Padma dilakukan bagi seorang bhakta untuk mewujudkan rasa religiustas
dan sraddha-bhakti-nya kepada Tuhan dalam kesadaran kontemplasi dan introspeksi
diri (mulat sarira) serta repleksi
diri guna memperoleh kesempurnaan dan atau maju dalam kehidupan rohani menuju pendakian
rohani (Atma Lingga). Sedangkan pada
struktur sosial untuk peningkatan kualitas
kehidupan sosial yang memiliki kesadaran Sewaka Dharma Padasevanam di dalam kehidupan sosial antara satu sama
yang lainnya sama-sama bersinergi dan membangun kesadaran untuk melakukan
pelayanan sosial seperti; membangun rasa persaudaraan, kekeluargaan,
persahabatan, kemanusiaan, kebersamaan dan persatuan, sosial kemasyarakatan, di
dalam organ-organ tubuh sosio yang saling menghormati, menghargai dan
melengkapi satu sama yang lainnya sehinga tercipta kehidupan sosial yang
harmonis, sejahtera, bahagia, damai dan sentosa. Dengan tetap berpegang pada ajaran-ajaran
kebajikan seperti; ajarang yang mengandung nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Demokrasi dan Kesejahteraan Sosial, ajaran tidak
menyiksa/membunuh, berbicara benar/jujur), mencintai
semua makhluk hidup, mengunjungi tempat-tempat suci, memberi bantuan dana, mengendalikan
diri /mengendalikan dorongan seksual, tidak
melakukan perbuatan jahat, berbhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dan para devata, menghormati
para Pandhita /Brahmana/Orang Suci, menghormati para guru,
melaksanakan pemujaan kepada para leluhur, Loyal kepada pemerintah dan pemimpin yang baik, mengikuti ajaran agama (sastra), tidak melakukan kejahatan, memiliki kesabaran dalam
menghadapi kesenangan dan kesusahan, panas dan dingin, percaya dan ber-bhakti kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
)*
Nawa Wida Bhakti (7) “Sewaka Dharma Padasevanam “ adalah Judul Artikel
untuk Majalah
Craddha Edisi-52.
)*I
Nengah Sumendra,S.Ag, M.Fil.H adalah Guru Agama Hindu SMK Negeri 1 Unaaha, Kab.
Konawe. Prov.
Sulawesi Tenggara. Ketua
Pasraman Dharma Aksara. Aktiv sebagai Dharma Duta PHDI Prov. Sultra dari
2007-sekarang dan
Sekretaris PHDI Kab. Konawe masa bakti 2010-2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar