SATYAM EVA JAYATE

MOTO

DHARMA MENYELIMUTI SELURUH PARTIKEL ATOM ALAM SEMESTA

Sabtu, 07 Desember 2013

NAWA WIDHA BHAKTI - Sewaka Dharma Padasevanam (Part 5)





NAWA WIDA BHAKTI
Sewaka Dharma  Padasevanam
(Pelayanan Cinta Kasih Sayang yang Tulus dengan Cara Sujud Hormat di Kaki Padma)*


Oleh
I NENGAH SUMENDRA, S.Ag. M.Fil. H

Agama Hindu dibangun di atas satu struktur yang mencakup bagian atas (superstructure) yaitu struktur spiritual dan bagian bawah (underlying structure) yaitu struktur sosial. Struktur bagian atas (superstructure) yaitu struktur spiritual diantaranya mencakup doktrin-doktrin teologi (Brahmavidya) dan kebhaktian kepada Tuhan Yang Maha Esa, para Devata, Leluhur. Sedangkan struktur bagian bawah (underlyingstructure) yaitu struktur sosial, diantaranya yang mencakup sosial /kemasyarakatan diantaranya; aturan moral, nilai dari prilaku bajik, penghargaan terhadap profesi (Varna), Varna Dharma (kewajiban hidup), Catur Purusartha (empat tujuan hidup manusia), Catur Asrama (empat fase/tahapan kehidupan), ketidak sucian akibat kelahiran dan kematian, berbagai bentuk perilaku dosa dan penebusan dosanya, upacara prayascitta (penyucian) dan berbagai macam upacara keagamaan, dan lain sebagainya. Seluruh ajaran yang ada dalam struktur bagian atas (superstructure) dan dalam struktur bagian bawah (underlying structure) kesemuanya itu terakomodir ke dalam aspek atau tiga sudut pandang yang disebut dengan Tri Kona, yaitu diantaranya; Tri Kerangka Dasar Agama Hindu dan Tri Hita Karana. Tri Kerangka Dasar Agama Hindu yang meliputi; Tattwa (Idiologi filofis) yang mencakup; Brahmavidya, Atmavidya, Karmaphala, Samsara/Punarjanma, Moksa. Susila (etika) yang mencakup; dasar etika dan moralitas, Catur Varna (empat profesi manusia), Catur Purusartha (empat tujuan hidup manusia), Catur Asrama (empat fase/tahapan hidup manusia) dll, dan Acara (upacara) yang mencakup; Panca Yajna, Orang Suci, dll. Dan Tri Hita Karana yang meliputi; Jalinan hubungan yang harmonis manusia terhadap Tuhan-nya, manusia terhadap sesama-nya, dan manusia terhadap alam lingkungan-nya.
Demikian juga halnya ajaran Nawa Wida Bhakti yang pada kesempatan ini membahas tentang ajaran Bhakti Padasevanam. Ajaran Bhakti Padasevanam ini apabila diapresiasi dari satu struktur Agama Hindu yang telah diuraikan di atas, maka ajaran ini arah geraknya dapat disesuaikan dengan struktur bangunan Agama Hindu yang ada, yaitu pada struktur bagian atas (struktur spiritual) bhakti Padasevanam arah geraknya untuk peningkatan spiritual dan pada struktur bagian bawah (struktur sosial) bhakti Padasevanam arah geraknya untuk peningkatan kualitas kehidupan sosial.
Bhakti Padasevanam, adalah bhakti untuk melayani dan memberikan pelayanan. Bhakti Padasevanam mengajarkan tentang aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan acara keagamaan dengan jalan sujud-hormat dan menyembah di Kaki Padma (Lotus). Bhakti Padasevanam ini sangat baik dilakukan bagi seorang bhakta dalam menjalin hubungan yang harmonis (sandhya) kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan jalan melakukan sadhana Padasevanam seiring dengan rasa dan kekuatan seseorang, mendengar (Sravanam), menyanyikan gita/nyayian rohani/kidung suci (Khirthanam) dan mengingat nama-nama suci dan keagungan Tuhan (Sravanam). Bhakti Padasevanam ini akan mengantarkan seorang bhakta pada pendakian spiritual guna memperoleh kesempurnaan atau dengan kata lain dapat membantu seorang bhakta maju dalam kehidupan rohani yang lebih cepat. Hal ini diyakini karena mengingat ketika seorang bhakta selalu berpikir pada Kaki Padma/Lotus Tuhan, maka arah gerak pikirannyapun akan menjadi sangat melekat memikirkan Kaki Padma Tuhan, ketika seorang bhakta sangat patuh terhadap proses bhakti Padasevanam juga arah gerak pikirannya akan terpusat kepada Kaki Padma Tuhan. Proses yang dimaksud secara bertahap meliputi proses melihat bentuk nyasa Tuhan, menyentuh bentuk nyasa Tuhan, mengelilingi bentuk Kuil, Pura/tempat suci Tuhan, mengunjungi tempat-tempat suci (Tirtha Yatra) untuk melihat bentuk nyasa-Nya Tuhan dan pelayanan suci (Sewaka Dharma) kepada Tuhan. Proses-proses yang dilalui dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhan (sandhya) yang dilakukan sebelum melakukan bhakti Padasevanam itu juga dapat disebut sebagai Padasevanam seorang bhakta kepada Tuhan. Berdasarkan uraian ini, maka dapat diketahui bahwa bhakti Padasevanam mengandung makna dan pesan ajaran untuk melakukan sebuah pelayanan suci yang dilandasi hati yang tulus ikhlas dengan jalan sujud-hormat di Kaki Padma (Sewaka Dharma Padasevanam).
Ajaran Sewaka Dharma Padasevanam pada strukur bagian atas (strukur spiritual) mengandung makna dan pesan yaitu membangun kesadaran untuk menjalin hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan-nya. Pada struktur spiritual ini mengajarkan tentang aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan acara keagamaan sebagai pendoman bagi seorang bhakta dalam ber-sadhana untuk mewujudkan religiustas dan sraddha-bhakti-nya kepada Tuhan dalam kesadaran kontemplasi dan repleksi diri guna memperoleh kesempurnaan dan atau maju dalam kehidupan rohani menuju pendakian rohani (Atma Lingga).
Sedangkan pada struktur bagian bawah (strukur sosial) ajaran Sewaka Dharma Padasevanam mengandung makna dan pesan yaitu membangun kesadaran sosial guna menjalin hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesama dan lingkungan hidupnya dengan melakukan pelayanan sosial yang tulus ikhlas dengan jalan saling hormat-menghormati dan saling menghargai satu sama yang lainnya. Kesadaran Sewaka Dharma Padasevanam pada konteks sosial merupakan wujud mempraksiskan konsep Ketunanan dalam kehidupan sosial (teologi sosial), sehingga tujuan untuk menurunkan kekuatan adi kodrati dan menciptakan sorga/swarga (Jagadhita) di bumi atau Siva membumi (Sivalingga) dapat diwujudkan. Kesadaran Sewaka Dharma Padasevanam pada konteks sosial sangat dibutuhkan dewasa ini, hal ini dikarenakan terjadinya degradasi karakter budaya bangsa yang sangat memprihatinkan bagi kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dapat hidup secara damai dan sentosa. Degradasi karater budaya bangsa yang dimaksud diantaranya memudarnya sikap untuk saling menghormati antara sesama anak bangsa dan sesama manusia yang sama-sama sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Untuk mengantisipasi terjadinya degradasi karakter budaya yang semakin meluas, maka sangat dibutuhkan kesadaran, tanggung-jawab dan kepedulian sosial (dharma dan swadharma sosial) terhadap krisis sosial yang terjadi. Salah satu dharma dan swadharma sosial yang dimaksud adalah kesadaran untuk melakukan Sewaka Dharma Padasevanam pada konteks sosial. Mentranspormasikan nilai-nilai  ajaran Sewaka Dharma Padasevanam sejak dini dengan cara menanam dan menumbuh-kembangkan melalui pewartaan, pendidikan dan pembinaan pada setiap individu manusia secara berkesinambungan sesuai dengan ruang lingkup dimana masyarakat manusia hidup dan menjalani kehidupannya merupakan salah satu dharma dan swadharma sosial.
Hal yang dapat dilakukan untuk mempraksiskan atau mengaktualisasikan ajaran Sewaka Dharma Padasevanam pada kontek sosial atau kehidupan nyata adalah dengan jalan menumbuhkan kesadaran untuk saling melakukan dharma dan swadharma sosial serta  etika sosial seperti; kesadaran untuk melakukan pelayanan dharma dan swadharma serta etika sosial Catur Guru (guru Rupaka, guru Pengajian, guru Wisesa dan Guru Swadyaya), Dharma dan swadharma serta etika sosial Catur Asrama (Brahmacari, Grhastha, Wanaprastha dan Bhiksuka/Sanyasin), Dharma dan swadharma serta etika sosial Catur Varna (Sudra, Wesya, Ksatria dan Brahmana), dsb, yang dilandasi oleh prinsip-prinsip dasar dharma dan swadharma serta etika sosial sesuai dengan perintah dan pesan dari ajaran Agama Hindu yang terakomodir ke dalam aspek atau tiga sudut pandang yang disebut dengan Tri Kona, yaitu diantaranya; Tri Kerangka Dasar Agama Hindu, Tri Hita Karana, Tri Kaya Parisudha, Tri Parartha, dsb. Kesemuanya itu arah geraknya diupayakan dapat berjalan sewirama, sewiraga dan sewirasa, serasi, selaras dan seimbang serta dapat berjalan secara harmonis dan dinamis.
Kesadaran dharma dan swadharma sosial serta etika sosial seperti yang dimaksud tentu akan melatih dan membentuk karakter individu manusia dan atau karakter anak bangsa yang memiliki kesadaran Sewaka Dharma Padasevanam pada kontek kehidupan sosial. Berikut uraian tentang Sewaka Dharma Padasevanam pada kontek kehidupan sosial yang dikaitkan dengan beberapa ajaran Agama Hindu, diantaranya sebagai berikut :

a)   Kesadaran Sewaka Dharma Padasevanam pada kontek sosial dalam ajaran Catur Guru. Kesadaran dharma dan swadharma sosial serta etika sosial dari masing-masing Tri guru (guru Rupaka, guru Pengajian, guru Wisesa). Pada kontek ini, apabila ketiga guru diantaranya: guru Rupaka,  guru Pengajian dan guru Wisesa dalam kehidupan sosialnya, satu sama yang lainnya sama-sama bersinergi dan membangun kesadaran untuk melakukan pelayanan sosial seperti; membangun rasa persaudaraan, kekeluargaan, persahabatan, kemanusiaan, kebersamaan dan persatuan, sosial kemasyarakatan, di dalam organ-organ tubuh sosio yang saling menghormati, menghargai dan melengkapi satu sama yang lainnya maka akan tercipta kehidupan sosial yang harmonis, sejahtera, bahagia, damai dan sentosa. Situasi dan kondisi sosial masyarakat yang seperti itu dapat menjadi modal dasar untuk membangun dan menumbuhkan kesalehan sosial dan rasa religiusitas di tengah-tengah masyarakat. Kesalehan sosial dan rasa riligiusitas akan mempertebal dan memperkuat sraddh bhakti (iman dan taqwa) jiwa masyarakat  kepada perintah dan larangan Tuhan melalui aturan-aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan acara keagamaan yang diwahyukan Tuhan dalam kitab suci, serta akan tumbuh karakter-karakter Ketuhanan (daiwi sampad) dalam kehidupan sosialnya. Sedangkan Guru yang kempat, Guru Alam Semesta yaitu Tuhan Yang Maha Esa (Hyang Paramasti Guru). Cinta Kasih Sayang (Parama Prema) Tuhan kepada Alam Semesta dan seluruh ciptaan-Nya tidak perlu diragukan lagi, karena adanya Pelayanan Cinta Kasih Sayang (Parama Prema) dari Tuhan-lah seluruh Alam Semesta dan seluruh ciptaan-Nya hidup dan berputar, tanpa adanya Cinta Kasih Sayang Tuhan maka seluruh Alam Semesta dan segala isinya akan berhenti berputar/bergerak dan menuju Brahma Nakta (Maha Pralaya). Kesadaran adanya Pelayanan Cinta Kasih Sayang Tuhan inilah umat Hindu berdasarkan ajaran kitab sucinya memiliki sraddha dan bhakti untuk melaksanakan yajna yang didasari oleh prinsip dasar ajaran Tri Rnam.

b)  Kesadaran Sewaka Dharma Padasevanam pada kontek sosial dalam ajaran Catur Asrama. Kesadaran dharma dan swadharma sosial serta etika sosial dari masing-masing Catur Asrama (Brahmacari, Grhastha, Wanaprastha dan Bhiksuka/Sanyasin). Fenomena dewasa ini telah terjadi kekacauan tentang dharma dan swadharma sosial serta etika sosial dari masing-masing individu manusia pada tingkatan asrama-nya. Ajaran Catur Asrama sesungguhnya memberikan pedoman kepada individu manusia agar dapat hidup secara taratur sesuai dengan tingkatan asrama-nya. Dimana pada tiap-tiap tingkatan asrama memiliki dharma dan swadharma serta etika sosial sesuai dengan aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan acara keagamaan yang tersurat dan tersirat dalam kitab suci yang harus dipatuhi dan ditaati oleh setiap individu manusia sesuai dengan tingkatan asrama yang dijalaninya. Oleh karenanya, kesadaran dharma dan swadharma sosial serta etika sosial untuk melakukan Sewaka Dharma Padasevanam terhadap setiap tingkatan asrama sangat dibutuhkan dewasa ini. Karena tak ada satupun individu manusia pada tingkatan asrama-nya akan menuju pada kesempurnaan hidup tanpa adanya kesadaran Sewaka Dharma Padasevanam baik itu di dalam olah rasa, olah pikir, olah tutur, olah sikap dan laku antara individu manusia pada asrama yang satu dengan individu manusia pada asrama yang lainnya.

c)   Kesadaran Sewaka Dharma Padasevanam pada kontek sosial dalam ajaran Catur Varna. Kesadaran dharma dan swadharma sosial serta etika sosial Catur Varna (Sudra, Wesya, Ksatria dan Brahmana). Kata 'Varna' dalam bahasa sansekerta berasal dari kata 'Vr' yang berarti pilihan. Catur Varna berarti 4 pilihan setiap orang terhadap profesi yang cocok untuk dirinya masing-masing. Seperti halnya Purusa Sukta Rg Veda yang menyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa yang menyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa (Mahapurusa) yang menciptakan anatomi masyarakat profesi yang di kenal dengan Catur Varna. Kitab-kitab Purana seperti Visnu dan Agni Purana menjelaskan hal yang sama, yakni Brahma menciptakan empat profesi; Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra, dan menyerahkan tugas dan  kewajiban serta prosedur hukum kepadanya. Lebih jauh kepada empat macam profesi ini diberi pedoman hidup yang umum, yaitu: Ahimsa (tidak menyiksa/membunuh), Satyavada (berbicara benar/jujur), Bhutadaya (mencintai semua makhluk hidup), Tirthaseva (mengunjungi tempat-tempat suci), Dana (memberi bantuan dana), Brahmacarya (mengendalikan diri/mengendalikan dorongan seksual), Vimatsaratva (tidak melakukan perbuatan jahat), Sevakadeva (berbhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dan para devata), Sevakapandita (menghormati para Pandhita/Brahmana), Sevakacarya (menghormati para guru), melaksanakan svadharma, Pitrpuja (melakukan pemujaan kepada para leluhur), Loyal kepada pemerintah yang baik, mengikuti ajaran agama (sastra), tidak melakukan kejahatan, Titiksa (memiliki kesabaran dalam menghadapi kesenangan dan kesusahan, panas dan dingin), percaya dan berbhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pedoman hidup ini adalah pedoman yang umum untuk semua profesi. Sloka-sloka berikut ini dijelaskan fungsi serta tugas masing-masing varna atau profesi itu;

"Rucam no dhehi brahmananesu, Rucam rajasu nas krdhi,     
Rucam visyesu sudresu,Mayi dhehi ruca rucam" (Yayurveda, XVIII.48)
"Ya Tuhan Yang Maha Esa, bersedialah memberikan kemuliaan pada para brahmana, para ksatrya, para vaisya, dan para sudra. Semoga Engkau melimpahkan kecemerlangan yang tidak habis-habisnya kepada kami".

"Brahmane brahmanam, ksatraya rajanyam,
marudbhyo vaisyam, tapase sudram" (Yayurveda, XXX.5)
"Ya, Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan brahmana untuk pengetahuan, para ksatriya untuk perlindungan, para vaisya untuk perdagangan dan para sudra untuk pekerjaan jasmaniah"

"Brahmano-asya mukham asid, Bahu rajanyah krtah,
Uru tadasya yad vaisyah, Padbhyam sudro ajayata"  (Yayurveda, XXX.11)
"Brahmana adalah mulut-Nya Tuhan Yang Maha Esa, Ksatriya lengan-lengan-Nya, Vaisya paha-Nya dan Sudra kaki-kaki-Nya".

Berdasarkan uraian sloka di atas, dapat di ketahui bahwa setiap profesi (varna) itu mulia, tugas-tugas profesional, dan dijelaskan bahwa profesi yang empat itu adalah bagian-bagian (berasal) dari Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Suci. Pengertian varna menurut pembawaan dan fungsinya di bagi menjadi empat berdasarkan kewajiban. Orang dapat mengabdi sebesar mungkin menurut pembawaannya. Dengan demikian seseorang akan dapat melaksanakan tugasnya dengan rasa cinta kasih sayang dan keikhlasan sesuai dengan dharma dan swadharma-nya masing-masing. Dengan demikian pula maka ajaran Catur Varna sesungguhnya memberikan pedoman kepada individu manusia agar dapat hidup secara taratur sesuai dengan Varna Dharma-nya. Dimana pada tiap-tiap Varna memiliki dharma dan swadharma serta etika sosial sesuai dengan aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan acara keagamaan yang tersurat dan tersirat dalam kitab suci yang harus dipatuhi dan ditaati oleh setiap individu manusia sesuai dengan Varna Dharma-nya. Oleh karenanya, kesadaran dharma dan swadharma sosial serta etika sosial untuk melakukan Sewaka Dharma Padasevanam terhadap setiap Varna Dharma sangat dibutuhkan dewasa ini. Karena tak ada satupun individu manusia pada Varna tertentu akan menuju pada kesempurnaan hidup tanpa adanya kesadaran Sewaka Dharma Padasevanam baik itu di dalam olah rasa, olah pikir, olah tutur, olah sikap dan laku antara individu manusia pada Varna yang satu dengan individu manusia pada Varna yang lainnya.

d)  Dan Kesadaran Sewaka Dharma Padasevanam pada kontek sosial yang lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa ajaran Sewaka Dharma Padasevanam pada struktur spiritual mengandung makna dan pesan yaitu; membangun kesadaran untuk menjalin hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan-nya, dengan melakukan sadhana pelayanan cinta kasih sayang yang tulus dengan cara sujud hormat di Kaki Padma. Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip dasar aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan acara keagamaan yang tersurat dan tersirat di dalam kitab suci yang diyakini. Sadhana pelayanan cinta kasih sayang yang tulus dengan cara sujud hormat di Kaki Padma dilakukan bagi seorang bhakta untuk mewujudkan rasa religiustas dan sraddha-bhakti-nya kepada Tuhan dalam kesadaran kontemplasi dan introspeksi diri (mulat sarira) serta repleksi diri guna memperoleh kesempurnaan dan atau maju dalam kehidupan rohani menuju pendakian rohani (Atma Lingga). Sedangkan pada struktur sosial untuk peningkatan kualitas kehidupan sosial yang memiliki kesadaran Sewaka Dharma Padasevanam di dalam kehidupan sosial antara satu sama yang lainnya sama-sama bersinergi dan membangun kesadaran untuk melakukan pelayanan sosial seperti; membangun rasa persaudaraan, kekeluargaan, persahabatan, kemanusiaan, kebersamaan dan persatuan, sosial kemasyarakatan, di dalam organ-organ tubuh sosio yang saling menghormati, menghargai dan melengkapi satu sama yang lainnya sehinga tercipta kehidupan sosial yang harmonis, sejahtera, bahagia, damai dan sentosa. Dengan tetap berpegang pada ajaran-ajaran kebajikan seperti; ajarang yang mengandung nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Demokrasi dan Kesejahteraan Sosial, ajaran tidak menyiksa/membunuh, berbicara benar/jujur), mencintai semua makhluk hidup, mengunjungi tempat-tempat suci, memberi bantuan dana, mengendalikan diri /mengendalikan dorongan seksual, tidak melakukan perbuatan jahat, berbhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dan para devata, menghormati para Pandhita /Brahmana/Orang Suci, menghormati para guru, melaksanakan pemujaan kepada para leluhur, Loyal kepada pemerintah dan pemimpin yang baik, mengikuti ajaran agama (sastra), tidak melakukan kejahatan, memiliki kesabaran dalam menghadapi kesenangan dan kesusahan, panas dan dingin, percaya dan ber-bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.


)* Nawa Wida Bhakti (7) “Sewaka Dharma  Padasevanam “ adalah Judul Artikel untuk Majalah
    Craddha Edisi-52.
)*I Nengah Sumendra,S.Ag, M.Fil.H adalah Guru Agama Hindu SMK Negeri 1 Unaaha, Kab. Konawe. Prov.
    Sulawesi Tenggara. Ketua Pasraman Dharma Aksara. Aktiv sebagai Dharma Duta PHDI Prov. Sultra dari
    2007-sekarang dan Sekretaris PHDI Kab. Konawe masa bakti 2010-2015.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tumbuh dalam MendraJyothi

Tumbuh dalam MendraJyothi
Tumbuh dan Berkembang secara Alami dalam azas Badani dan Rohani adalah fenomena Alam yang patut diteladani